Kamis, 08 Juli 2010

Kawan


Membenciku? kurasa kau hanya pemancing emosi. Kau mencoba mengolok-olok diriku menusuk hati hingga menembus tulang belakang. Kau kira aku sakit? tidak, justru karena kau aku menjadi kuat. Berhentilah melontarkan kata-kata sampahmu itu, kau sungguh munafik. Jika memang benar adanya kau membenciku, untuk apa kau mengejarku hanya berniat mengejekku?

Kau membuatku berada dalam keterpurukan untuk beberapa bulan ini. Ucapanmu membuatku muak, mengoyak-oyak hati ini yang semakin panas. Apa kau tidak menyadarinya? kau terlalu berlebihan menganggapku sebuah bahan tertawaan, tidak pantas untuk seseorang yang mengejar-ngejar diriku tanpa arti. Kau kira aku siapa? adikmu yang masih lugu dan akan menangis jika dibantai dengan kata-kata sialanmu itu? kau sungguh salah, kau justru membuat amarahku semakin berkobar layaknya api, melahap semua yang ada di dekatnya. Sini, sini kalau berani, kau hanya menang adu mulut saja bukan?


Lambat laun kau semakin reda, entah ada apa dengan dirimu saat ini. Tapi mukamu tetap mengesalkan, rasanya ingin mengenyahkahnya dari bumi. Mungkin kau sudah cukup puas memperolokku seperti itu. Baik, aku akan menjauh darimu sebisaku, hingga kau benar-benar reda.

Tak kubayangkan, hanya menjauh beberapa hari dia telah benar-benar reda, bagaikan bayi berada di pelukan ibunya. Hey, ada apa denganmu? ah tidak, bukankah seharusnya aku senang kau sudah tenang di hadapanku? Kurasa aku akan menikmati hari-hari tanpamu saat ini.


Terkejut. Ya, aku benar-benar terkejut, aku tidak menjauh darimu kali ini, tapi kau yang menjauh dariku. Apa benar yang kudengar saat ini? pergi? pergi kemana? kau tidak mengatakkan sedikitpun padaku, bahkan berpamitan. Baik, aku tahu ini wajar, wajar jika kau tidak memberi tahuku atau berpamitan, karena kau membenciku bukan?

Apa ini? Air? tetesan air di tanganku ini menandakan apa? Apa aku melakukan sesuatu yang bermakna? Mataku, mengeluarkan sesuatu? mengeluarkan air?

Tidak, tidak mungkin aku menangis karenanya. Tidak, di dalam otakku banyak berkerumunan kata 'tidak' ataupun 'tidak mungkin', hati ini sulit menerima kenyataan.
Tidak mungkin aku menyukai orang semacam sampah begitu. Ada apa dengan diriku?

Sepucuk surat. Membukanya dengan hati-hati dengan air yang masih berada di pelupukk mata.

------------------------------
Aku akan pergi lumayan lama
jangan merindukanku ya ^^


Love you
------------------------------

Mendadak terserang penyakit jantungan. Kata terakhirnya itu...

Ya, aku merindukan caramu mengolok-olokku setiap hari. Hatiku mungkin mulai terbuka.

Cepatlah pulang, ......... kawan.

Tidak ada komentar: