Minggu, 28 November 2010

Berharap


Saat itu aku menemukan setangkai bunga, bunga yang nampak indah dipandang.
Kutaruh disebuah pot yang indah pula.
Kusiram dengan tulus dan hati-hati.
Bunga itu sudah menjadi pandanganku setiap hari.
Hingga pada akhirnya, bunga itu mulai terlihat pucuk-pucuk baru.
Bermekaran sangat indah, bagaikan permata hati.
Bunga itu pun nampak mengeluarkan keharumannya, dan sempat membuatku terpesona.

Tapi kemudian dia mengeluarkan duri-duri dari tangkainya
Setiap kelopak-kelopak indahnya mulai mengering
Meskipun aku berusaha untuk menyiramnya yang, mungkin, sudah tidak setulus dulu
Bunga itu semakin lama semakin rontok tak tersisa.

Walaupun aku belum tahu apa penyebab layunya bunga itu
Walaupun aku belum tahu apa akan ada pucuk-pucuk baru lagi

Tapi kurasa, dia memang tidak akan tumbuh lagi
meskipun masih ada sebuah harapan di hati yang terdalam
tapi pada kenyataannya, bunga itu tidak seindah dulu.

Kamis, 18 November 2010

Dreams That Can Not Be Trusted


haha, judulnya terlalu berlebihan..

ini bukan rekayasa, tapi ini juga bukan nyata, ini bukan fiksi, tapi ini mimpi..

Tokoh dimimpi saya ini ada 3 tokoh utama di harry potter, Daniel Radcliffe, Rupert Grint, dan Emma Watson, juga beberapa teman SMA saya seperti Syifa, Maudi, dan beberapa yg saya tidak ingat. Maklum saja kalau sedikit ada yg terlewat ya, saya lupa.

Saya merasakannya seperti sedang menonton film fantasi, hanya saja saya bisa merasakan kalau saya menjadi tokoh utama, jadi, rasanya seperti nonton, tapi sometimes seperti masuk ke dalam film itu.

Awalnya seorang wanita cantik berambut pirang tertidur disebuah kamar dengan dinding yang tercat biru dan beberapa lukisan matahari tersenyum, bulan tersenyum dll. Wanita itu adalah tokoh utamanya—yang saya yakini bahwa itu saya—terbangun dari tidurnya dan melihat kearah sekeliling. "Sudah pagi" saya dalam keadaan duduk dan masih dengan selimut, kasur dan selimutnya berwarna biru.

Tetapi tiba2 semua yang tadi saya anggap pagi, semua menjadi gelap, tidak benar2 gelap, hanya seperti kita mematikan lampunya saja. Sebuah asap pekat dan hitam, lebih hitam dari suasana yang ada kala itu keluar dari sela pintu dan semakin lama semakin memenuhi ruangan yang memang lumayan sempit untuk dijadikan kamar. Semakin lama, pandangan saya benar2 hitam, sama sekali tidak ada bayangan apapun.

Setelahnya saya terbangun, seperti terbangun dari sebuah mimpi di dalam mimpi saya, tapi kali ini umur saya lebih muda dari sebelumnya, jika tadi seperti remaja berumur 17 thn kini berumur 12 thn, dan disitu aku ingat bahwa kamar itu dulu memang kamarnya ketika kecil, dan saya mulai bertanya, entah dengan siapa, yang saya yakini ada orang dibalik ini semua, "kenapa aku kembali menjadi muda?" tiba2 suara berbisik terdengar, "kau ingin lebih muda lagi?" dan sebelum saya bisa menjawabnya, pandangan saya kembali gelap.

Kembali bangun seperti sebelumnya adalah mimpi, dan umur saya lebih muda dari sebelumnya, seperti anak berumur 9 tahun, tapi cara berfikir saya tetap seperti umur 17 thn. Ketika itu suasana dalam diri saya sangat tdk enak, seperti kalau kita terkejut berkali-kali, kaget dan lelah. Suasana kamar saat itu memang saya yakini seperti waktu saya berumur 9thn. "aku tidak ingin disini, aku ingin kembali!" saya mulai takut dan berkeringat, suara berbisik itu diam. "bagaimana pun caranya aku harus keluar dari sini" ujar saya terengah-engah. Saya melihat kesekeliling kamar, dan melihat ventilasi terbuat dari kayu terjejer di dinding sebelah kasur. Saya mulai berdiri dari kasur kemudian mengintip dari lubang ventilasi, ternyata setiap ventilasi pemandangannya beda2, ada yang suasana kamarnya ketika saya berumur 17, 12, 6, dan masih bayi. Pemandangan saat saya berumur 17, di situ ada saya yang sebelumnya masih tertidur. Tanpa berfikir panjang, saya masuk ke dalam ventilasi itu, dan suara berbisik itu kembali terdengar, "jangan kembali, jika kembali, kau akan selalu bertemu hal yang tidak diinginkan" kira2 kata2nya seperti itu. Tapi saya tetap ingin kembali, saya tidak tahan dengan keanehan saat itu, padahal awalnya saya merasa normal2 saja. Saya mencoba masuk ke dalam ventilasi yang menuju masa ketika umurku 17, dan berhasil.

Saya seperti baru saja bangun, padahal sudah kesekian kalinya saya tebangun dengan wujud yg berbeda-beda. Dan kali ini memang benar2 saya yg 17 tahun. Saya cepat2 bangkit dan keluar, hanya saja ada sesuatu yang tertanam dibenak saya, maklum saja kalau aneh, karena ini mimpi 'kalau saya melihat pusaran air di lubang wc, atau westafel atau pusaran apapun yang ada di kamar mandi, jika saya lebih memilih meninggalkannya, kamar mandi/toilet itu hingga ruangan2 didekatnya akan hancur dan melukai banyak orang, tapi jika saya lebih memilih diam hingga pusaran itu berhenti, saya akan selalu mendapatkan mimpi yang aneh dan mengerikan'

Dan setiap saya ke kamarmandi/toilet, pusaran itu selalu ada, pusaran itu disertai dengan beberapa kilatan seperti listrik hanya saja berwarna merah, dan saya lebih memilih diam. Sudah kurang lebih 3 kali saya mimpi aneh dan mengerikan (ini didalama mimpi saya, saya sedang mimpi). Ternyata yg mengalami seperti ini; melihat pusaran, dan lebih memilih diam. Bukan hanya saya, Emma juga mengalami hal serupa. Kami tidak tahan dengan semua keanehan ini, dan akhirnya kami lebih memilih tidak memperdulikan semuanya, dan kita mencoba untuk meninggalkan pusaran itu dan ruangan akan hancur.

"ada pusaran! tutup semua pintu kamar mandi! semua keluar dari sini!" pekik Emma padaku dan orang2 yg ada dirumah ini, awalnya saya kira saya di sebuah asrama atau sebuah penginapan, tapi tiba2 tempat itu jadi seperti sebuah mall. Saya dan Emma mencoba berlari sekencang-kencangnya dan menutup semua ruang kamar mandi/toilet yang ada dimall itu dan kami mengajak semua orang untuk keluar dari sana. Satu persatu kamarmandi/toilet itu hancur, ruangan didekatnya hancur. Karena ini di mall, Blender pun juga memiliki pusaran aneh itu dan ikut hancur berkeping2, potongan kacanya melukai semua yang ada didekatnya, banyak yang hancur dan terluka, semua berusaha untuk keluar dari mall itu termasuk saya, Emma, dan kedua teman saya yang lain, Daniel dan Ron. Saya 'menyeret' kedua lelaki itu, saya tidak berhasil menarik Emma, terkadang aku melihat Emma berlari, tapi tiba2 saja bayangan itu menghilang. Hingga pada akhirnya aku berhasil keluar dengan Daniel dan Ron yang mulai tersenyum (jujur, disini mereka sangat tampan). Dan tiba2 saja di belakang Daniel dan Ron sudah ada Emma dengan wajah sedikit murung, mungkin karena kami tinggalkan, "Emma? kamu dari mana saja?" saya menarik lengan Emma dan dia mulai kembali tersenyum, tapi anehnya ketika aku menariknya, Daniel dan Ron menatap saya aneh dan melirik Emma heran, ada sesuatu yang salah?

Saya dan Emma pergi tanpa kedua pria itu yang masih menatap kami aneh. Kami pergi menuju lorong tempat kami berkumpul dengan teman2 lainnya. Sesampainya disitu, saya berada di depan, dan Emma mengekor di belakang saya, kedua tangannya bertengger di bahu saya. Kami melewati lorong itu, beberapa teman saya dan Emma menyapa sambil tersenyum (bukan teman SMA saya). Tapi kurasa mereka hanya menyapa saya saja, dan menganggap Emma tak ada. Ketika kami hampir sampai di sebuah pintu terbuka yg nantinya akan kami masuki, Emma menyadari hal tadi, "Aneh, kenapa mereka hanya menyapamu? kenapa aku tidak" ujarnya yang tetap mengekor dibelakang saya, "iya juga ya, tadi Daniel dan Ron juga melihat kita dengan tatapan aneh" Tambahku, ketika kami sampai di ambang pintu, Emma berujar kembali dengan nada suaranya yang tersendat-sendat, "jangan-jangan. mungkin kah. aku sudah.." Tiba2 saja perasaan saya tidak enak, tangan Emma yg tadi di bahu saya semakin lama semakin tidak terasa, dan kini saya mulai menyadari, wajah saya saat itu seperti orang terkejut, ketika saya berbalik untuk melihat Emma, dia tidak ada dibelakang saya, hanya teman2 saya yang lain yg sedikit jauh dari tempatku berada. Benar ternyata, Emma sudah mati.

"hei kau! sini masuk!" Ujar Maudi, temanku yang lain. Saya masuk ke pintu itu, ada Maudi yg tidak berjilbab dan teman2 SMA saya yg lain tapi tidak terlalu jelas wajahnya. Dan tiba2 teman2 saya yang ada diluar pintu itu mengajak saya untuk masuk ke sebuah lift di lorong itu (sedikit aneh memang, maaf kalau gak kebayang) teman2 saya itu satu persatu memasuki lift kecuali Maudi dkk, sepertinya mereka mengetahui sesuatu sehingga ia mencegat saya, "jangan, mereka bukan manusia" semua org yang dilorong itu belum sepenuhnya masuk ke lift, sehingga ada yang mendengar perataan maudi, dan tiba2 mata mereka berubah menjadi merah, dan semakin lama orang2 yg didalam lift mulai keluar dengan mata ang sama dan mulai menghampiri kami. "tuh kan, tutup pintunya!" suruh maudi kepada saya dan teman2 yg ada didalam lainnya. Kami menutup pintu dan menahanya, mereka yg diluar mendorong intu itu kencang membuat kami lelah. Kami kalah jumlah, jumlah mereka kira2 20org, sedangkan kami hanya kurang lebih 5 orang. Pintu itu pun terbuka, perasaanku tidak enak, berdebar sangat kencang dan kuat hingga saya tidak kuat dan pingsan.

Pandanganku menghitam, kemudian tiba2 saja saya terbangun dan bangkit. Suasana kala itu seperti di mall tadi, tapi kali ini tidak bersama Emma (saat disini rasanya sedih sekali tidak ada Emma, rasanya seperti saya sudah lama kenal dengannya), tapi dengan teman saya yang lain, Syifa, disini kami sama sekali tidak memperdulikan siapapun, kami sudah lelah untuk peduli pada orang lain. Suasananya kacau seperti saat di mall sebelumnya, banyak yang hancur, dan kami memanfaatkan keadaan ini, kami mengambil banyak barang kebutuhan untuk kami bawa dan kabur ketempat lain, kami akan pergi jauh dari tempat aneh ini. Dari makanan2 instan, hingga kompor kecil, alat tulis(?), alat mandi dan baju, dan itu semua masuk ke 2 buah kantong belanja (ini baru yg saya bawa, belum bersama dengan apa yg syifa bawa). "Ayo keluar!" suruh Syifa, dan kami berpisah untuk mencari jalan keluar yang berbeda.

Saya berhasil keluar, tapi saya sempat terjebak diantara pusaran2 mengerikan yang meledakkan semua barang yang terbuat dari belik di dekatku. Saya tidak melihat Syifa, saya sempat berfikir apa dia tidak bisa keluar dari sana? Apa nasibnya akan sama seperti Emma? Tapi saya melihat seseorang di pintu masuk mall itu, Syifa sedang berbincang dengan seseorang lalu merunduk 90 derajat, tapi barang bawaannya sudah tidak ada, hanya kantong pelastik kosong yang telah terlipat di tangannya. Da keluar dan menghampiriku, “Syif, lu abis ngapain?” ujar saya menepuk bahunya, “itu tadi gw bareng *** (saya lupa) keluarnya, nah gw lupa kalo kita mau keluar tanpa bayar, si *** ngingetin gw bayar, eeh gw bayar dah, padahal gw kgk punya duit sama sekali, yaudah barang dibalikin semua” dia melihat saya sambil menertawakan dirinya sendiri, “aaah, dodol! Yaudah nih bawain punya gw satu” saya menyerahkan satu kantung belanja saya padanya. Tiba2 saja hujan, kami membuka 2 buah payung yang entah dari mana, berwarna orange dan abu2. Kami seperti berjalan di sebuah trotoar dengan dibatasi oleh dinding tinggi berwarna hijau, di depan kami sebuah gerbang terbuka, dan disana ada 2-3 orang menunggu kami, mereka adalah ojek payung (ini benar, benar2 aneh) ingin menagih payungnya. Karena kami masih butuh dan tidak ingin peduli dengan siapapun, akhirnya kami lari dari mereka hingga akhirnya kami tersungkur dan pingsan.

Syifa terbangun, namun saya belum, dia mencoba memanggil nama saya ketika dia melihat seekor anjing kecil berbulu coklat menjilati tangan saya. Saya mulai terbangun, kalian tahu? Wajah saya kini nampak seperti seorang pria, rambut saya tetap pirang hanya saja lebih pendek dari sebelumnya, pendeknya sepundak dan basah. Ketika saya melihat anjing itu, karena geli saya menendangnya. “syifa, kita akan kemana?” tanya saya yang berwujud pria itu (saya ingatkan lagi, saya sering merasa orang dalam tokoh utama itu adalah saya), “tidak tahu, kita jalan saja” percakapan kami yang seharusnya tidak baku menjadi baku.

Kami berjalan, terus saja berjalan hingga sampai ke sebuah lorong gelap, di sana ada 2 sel penjara dengan besi2nya yang telah berkarat dan usang, di dalam sel pertama ada seekor monater besar yang tidak jelas rupanya, yang saya ketahui dia memakai jubah dari baja (entah kenapa pikiran saya bilang seperti itu) dan menyodorkan tangannya ke luar sel, dan seekor anjing besar dengan bentuk yang jelek. Didepan sel itu ada 2 potongan kecil tubuh yang aneh, yg satu seperti satu ruas jari dengan kukunya, yang kedua nampak lebih besar dan abstrak. Saya yang jijik melihatnya menendang potongan itu dan kembali berjalan ke depan sel penjara yang kedua, di situ hanya ada seekor monster menghadap ke belakang dan tiba2 melirik kami tajam dengan mata merahnya. Kami pun tidak memperdulikannya dan fokus pada sebuah pintu di depan kami yang membuat lorong itu buntu, pintu itu terbuat dari kayu yang kusam berwarna coklat tua. Dari sana tiba-tiba keluar makhluk seperti dementor dalam film harry potter; makhluk hitam tak kasat mata berjubah hitam kusam dan compang-camping, hanya saja yang ini tidak begitu jelas bentuknya. Makhluk itu mennyerang kami dan membuat pandangan saya kembali hitam.

Saya terbangun, pandangan kali ini persis seperti awal saya bangun dengan wajah pria saya itu, bedanya kali ini sang pria tokoh utama ini tidak anggap sebagai ‘saya’ dan saya seperti menjadi syifa, tapi syifa tetap memanggil pria itu “iyo” nama saya. Pria itu tiba2 saja menyadari sesuatu dan mulai memberikan sebuah tulang—yang entah dari mana—ke anjing yang sebelumnya saya tendang, anjing itu pun menggoyangkan ekor pendeknya dan menikmati tulang itu, kemudian pria itu berjalan, “yo! Mau kemana?” ujar syifa yang melihat saya dengan tingkah yang berbeda. Pria itu tetap berjalan, syifa hanya bisa mengikutinya dari belakang, hingga akhirnya mereka sampai di 2 sel penjara tadi, pria(saya) itu mengambil 2 potongan aneh yang tadi saya tendang dan memberikannya ke monster di sel pertama, ternyata ruas jari itu miliknya dan dia memasangkan di jari kelingkingnya yang memang terpotong, dan potongan satunya adalah hidung anjing yang bentuknya tidak karuan itu. Monster dan anjing itu menunduk seakan berterima kasih pada kami, dan keluar dari sel itu. Syifa sempat takut, tapi ternyata monster itu berjalan menuju sel penjara di sebelahnya dan seperti memberitahu monster satunya sesuatu. Kemudian monster di sel kedua memberikan gelas ukur yang terlihat baru dan cairan ungu didalamnya kepada pria itu(saya).

Seperti yang sebelumnya, makhluk yg seperti dementor itu keluar dari pintu di depan kami, dan pria itu(saya) menumpahkan cairan ungu itu ke makhluk tadi. Dan tiba2 makhluk itu berubah, berputar-putar tidak berbentuk dan berubah menjadi seorang pria berambut hitam cepak, dan berwajah tampan mengenakan kemeja putih dengan kancing bewarna hitam dengan setelan jas hitam dan celana hitam. Pria itu tersenyum dan menendang saya yg kembali berwajah perempuan dan pandangan saya kembali gelap..... dan saya...... terbangun ^^

Maaf kalau tidak begitu jelas menjelaskannya, kalau terlalu detil bisa2 saya buat berchapter-chapter.. hahaha

Sabtu, 13 November 2010

Sketch 2

Ini sketsa saya yg kedua, Emma Watson, selesai 21 juli 2010, baru bisa di share skarang, maaf kalau arsirannya kurang jelas karena difoto dengan kamera hp bukan di scanner...

ini adalah hasil kebosanan saya saat pelajaran ekonomi, ini digambar menggunakan spidol

ditunggu komentarnya :D
i need criticism or comment!

created by me 3


Saya berharap ini seperti bunga mawar, nyatanya tidak -___-


Entah kenapa, melihat gambar ini saya merasa buku bisa membuat kita pergi ke sesuatu tempat dimana kita bisa merasakan bahwa kita telah masuk ke dalam dan menjadi tokoh utama dalam buku tersebut, dan itu diartikan dari sepasang sayap. Ngomong2, ehmm, tulisannya salah tuh ._.


sebenarnya, gambar ini untuk ilustrasi dari ff saya "My Angel" tapi akhirnya tidak jadi dipakai


gambar ini terinspirasi ketika saya sedang bercermin

Go Green

Alam itu bebas, bebas untuk dipandang, diambil, dan digunakan.
Apa semua itu digunakan dengan akal, atau nafsu?
Rasanya alam tidak akan benci, tidak akan marah, tapi gunung?
Apa mereka akan marah?
Memang nikmat rasanya menggunakan alam ini sesuka hati
Memang nikmat rasanya membangun rumah di tempat yang hijau
Memang nikmat rasanya kita mmengenakan perhiasan yg mahal
Tapi apa kita sadar bahwa semua itu mempersingkat hidup manusia?
Apa kalian tahu perasaan alam saat ini?
kita bertanya pada pohon, tidak akan dijawab
kita bertanya pada binatang, tidak akan dijawab
kita bertanya pada lautan dan karang, tidak akan dijawab
Tapi coba kita bertanya pada hati
Renungkan pertanyaan itu, diskusikan dengan hati
Apa kita mendapat jawabannya?

Strenght of the weakness ch.1

saran : yg gapunya lagu switchfoot - your love is a song, donlot dulu

___________________________________________

Lelaki itu berkulit putih berambut hitam seleher, mengenakan baju hitam dan mengenakan celana jins hitam. Dia berjalan menuju sebuah sekolah dengan menggendong sebuah gitar yang masih tersarung di punggungnya. Menaiki satu persatu anak tangga di depan pintu masuk sekolah itu. Terlihat pemandangan disekitar, beberapa orang wanita maupun pria yang berjalan ataupun tidak, yang pasti mereka semua sama seperti dirinya, murid baru. Sekolah ini baru berdiri sebulan yang lalu, dan baru menerima murid baru hari ini, dan sekolah ini adalah School of Music & Art.

Pria ini tiba di sebuah ruangan. Ruang yang cukup luas berdinding merah dengan karpet hitam dibawahnya, terdapat sebuah drum, keyboard, beberapa mic, sebuah gitar listrik dan bass. Tidak hanya barang-barang itu yang ada diruangan ini, seseorang, wanita. Berambut panjang digerai, dengan kaos putih dan celana jinsnya. Wanita itu duduk di kursi dan tepat di depannya seperangkat alat musik drum berwarna hitam. Pria itu memandang sang wanita, wanita itu juga demikian.

"apa?"

"apa kau memainkan itu?"

"ya, apa ada yang bisa kau mainkan?"

"gitar"

"aa.. apa kau mau bermain bersamaku?"

"tentu"

Pria itu mengeluarkan gitar dari sarungnya. Sebuah gitar listrik tua keluar dari sarung itu. Dengan pemandangan yang ia lihat, wanita itu terdiam untuk beberapa saat.

"itu punyamu? apa orang tuamu?"

"punyaku, dari ayahku. Ada yang salah?"

"kurasa itu terlalu tua untuk kau mainkan, bagaimana kalau kau gunakan yang itu saja?" wanita itu menunjuk sebuah gitar di dekat sang pria dengan stick drum.

"tidak, ini saja cukup. Meskipun terlihat tua, tapi gitar ini masih bagus untuk dimainkan"

"baiklah, terserah kau saja"

Pria itu memasang kabel dari speaker disebelahnya ke sebuah lubang digitarnya. Dia memulai dengan memetik beberapa senarnya sambil memandang ke arah langit-langit untuk berfikir lagu apa yang akan ia mainkan. Setelahnya ia memainkan beberapa not pada gitarnya dan mulai berdengung pada mic di depannya.

switchfoot - your love is a song

I hear you breathing in
Another day begins
The stars are falling out
My dreams are fading now, fading out

I've been keeping my eyes wide open
I've been keeping my eyes wide open

Wanita itu mendengarkan lantunannya, setelah mereka-reka ia pun mengangguk dan mulai memainkan drumnya.

Ooh, your love is a symphony
All around me, running through me
Ooh, your love is a melody
Underneath me, running to me

Oh, your love is a song

The dawn is fire bright
Against the city lights
The clouds are glowing now
The moon is blacking out, is blacking out

So I've been keeping my mind wide open
I've been keeping my mind wide open, yeah

Ooh, your love is a symphony
All around me, running to me
Ooh, your love is a melody
Underneath me, and into me

Oh, your love is a song
Your love is a song
Oh, your love is a song
Your love is strong

With my eyes wide open
I've got my eyes wide open
I've been keeping my hopes unbroken
Yeah, yeah

Ooh, your love is a symphony
All around me, running through me
Ooh, your love is a melody
Underneath me, running to me

Your love is a song
Yeah, yeah
Your love is my remedy
Oh, your love is a song

Lantunan lagu pun semakin lama memudar dan berhenti.

"suaramu bagus, juga gitarnya"

Pria itu tersenyum kecil, "terimakasih"

"oh ya, siapa namamu?"

"Walter"

"Luna" mereka saling berjabat tangan. Dan mereka membuat kesunyian yang tidak bertahan lama.

"kau.... mau ikut akademi mana saja?"

"akademi tari, acting, dan mungkin gambar" luna bangkit dari duduknya dan mendekati walter, "apa kau akan ikut akademi musik?" ujarnya sambil mengelus pelan gitar di genggaman walter dan menatap pria itu setelahnya.

"ya, mungkin kelas gambar juga bagus" Walter kembali tersenyum kecil, "ngomong-ngomong kelas tari apa yang akan kau perdalam?"

"street dance"

Walter mengangkat dagunya kagum, "kau tidak ingin masuk akademi musik? permainan drummu bagus, mungkin ada banyak teknik yang bisa kau pelajari lagi"

wanita itu tersenyum manis, "itu hanya hobi, kurasa tidak perlu kupelajari di sini"

Walter mengangguk-angguk perlahan".. tapi sungguh disayangkan permainanmu itu jadi tidak bisa dilihat banyak orang" gumamnya sembari melepaskan tali gitar dari bahunya.

"tidak masalah" Luna kembali tersenyum. "kalau kau, kelas apa yang kau pilih di akademi musik?"

"suara, dan gitar tentunya"

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi kembali terulang, ketika Walter memasuki pintu masuk sekolah itu untuk kedua kalinya, kemudian ia melewati lorong dengan langit-langit yang tinggi berwarna putih bersama dengan temboknya. Seseorang menyusulnya dari belakang hingga berada di sampingnya, "senang bertemu denganmu lagi, Walter" senyum dari Luna terukir dengan cantik, mengundang sebuah senyum manis di wajah Walter.

***

"Walter!" seorang pria rambut hitam berpotongan pendek cepak mendekati walter yang sedang duduk dan sibuk dengan lukisannya.

"Yura?" ia menatap seorang dengan wajah blesteran Amerika-Jepang mendekat dan melambaikan tangan padanya.

"wah, lama tidak bertemu, bagaimana? sudah dapat teman baru disini?" Yura menepuk bahu temannya itu.

Walter tersenyum dengan pandangan masih terpaku pada lukisan didepannya, "sudah, baru berkenalan dengan satu orang"

Sekejap Yura memandang temannya, "dari gelagatmu, apa dia seorang.. wanita?" Yura merunduk dan merangkul Walter dan tersenyum membuyarkan konsentrasinya.

"aduh.. kau menggangguku saja, sudah sana kerjakan pekerjaanmu!" ujarnya sambil melepaskan rangkulan orang berbaju biru dengan setelan jaket hitam dan celana hitam itu.

"alah.. mengalihkan topik pembicaraan, bilang saja iya"

"yaaa.. terserah kau sajalah"

Yura melepas tawanya, dengan posisi tetap berdiri disamping Walter dan memandang lukisannya ia berujar, "waw, lukisanmu boleh juga"

Di kejauhan sepasang mata sedang memandang kedua pria itu. Itu terlihat seperti Walter, batin Luna. Dia mendekati kedua pria itu, dan ia dapati salah satunya adalah Walter, dia pun memasang senyumnya.

"walter?"

"ah, Luna? kau dari kelas mana?" pria yang mengenakan celemek di dadanya menoleh ke arah kiri, melihat luna dengan rambutnya yang kini terkuncir.

"aku di kelas sketsa"

"hey, inikah wanita itu?" Yura menatap wanita cantik di sebelah kiri Walter, wanita yang memiliki keturunan Asia sama sepertinya, "kenalkan, aku Yura"

"Luna. Ini temanmu?"

"mungkin, terlalu mengganggu untuk dijadikan teman" Walter tertawa kecil memandang Yura.

"ya ya ya, begitulah dia kalau sudah berkenalan dengan wanita cantik, temannya malah di hina"

Luna hanya tertawa ringan. 3 detik sebelum itu Walter telah menyelesaikan lukisannya. "waw, lukisan yang indah"

"terima kasih" ucapnya menaruh kedua tangannya_yang salah satunya masih menggenggam kuas_di pinggang sambil memandang lukisannya dengan puas.

"oh ya, apa setelah ini kau ada acara?"

"tidak"

"apa kau mau menemaniku beli buku?"

Walter tersenyum, seakan ada sesuatu yang terasa manis di dalam hatinya, “tentu”

“heey, bagaimana denganku??” yura mendorong bahu pria berwajah tampan di depannya pelan, “kurasa kau tidak perlu ikut, kau hanya akan merusak suasana” walter menyingkirkan tangan yura, “benarkah? Bukannya kamu yang ingin berdua saja dengannya?”

“sudahlah, hanya beli buku saja kenapa dipersulit, kalian berdua ikut denganku” tegas luna.

“haha benar juga, kau dengar itu walter?”

“terserah”

_TBC_