Kamis, 28 Juni 2012

Lumpuh dalam bayangan

   Aku seorang wanita biasa. Penilaianku terhadap diri sendiri adalah lima dari sepuluh, bahkan mungkin belum sampai separuhnya.

   Ketika aku menatap cermin dan muncul bayangan wanita muda, aku selalu berbicara pada bayangan itu. "Hei, apakah ada yang berubah darimu, apakah itu baik atau buruk, apa hari ini kau telah meraih sesuatu, Apakah kau telah melakukan pergerakan yang berarti..... Apa hari ini kau melakukan sesuatu?" Setiap pertanyaan itu selalu berputar di kepalaku, berulang-ulang seperti sebuah iklan di televisi. Tapi sepotong jawaban pun tidak kutemukan hingga detik ini. Aku seperti orang lumpuh yang punya organ tubuh lengkap namun tidak dapat berbuat apa-apa. Aku normal tapi lemah. Ada sebuah luka di dalam, letaknya di dalam namun lukanya tidak menusuk ke dalam. Tidak sakit namun bekasnya masih tidak dapat dihilangkan. Ada sesuatu yang membuatku hingga detik ini tidak dapat bergerak. Bukan sesuatu yang jelek, namun menjadi jelek ketika seseorang melukainya. Semua rahasiaku mungkin bisa kuucapkan dan kusebarkan dengan mudah, tapi tidak yang satu ini. Bukan rahasia namun secara tidak langsung tersembunyi. Aku kesal, adakalanya aku sedih, dan terkadang marah dan menyesal. Tapi semua ini telah terjadi, tidak ada yang dapat disesalkan, sesal hanya membuatku sesak.

   Biru adalah warna yang menggambarkanku saat ini. Biru seperti langit, udara yang melayang-layang, awan yang hanya dapat berarak dan menatap dunia tanpa bisa menyentuhnya selain terjatuh menjadi butiran air hujan. Biru seperti laut, tidak dapat berbuat apa-apa jika mereka yang hidup melemparnya dengan sampah, namun dapat marah secara tiba-tiba menyakiti mereka.

  Seperti tumpukkan buku kuno yang berdebu, impian-impianku tidak jauh berbeda. Bertumpuk-tumpuk begitu banyak, namun berdebu tak terurus. Apa yang harus kulakukan, membiarkannya, membersihkannya, atau membakarnya? pilihan ketiga begitu menggoda bagiku, tapi begitu tragis untuk dilakukan dan tidak ada alasan untuk itu kecuali tingkat kesabaranku yang begitu lemah. Aku yakin ada jalan keluar, ada tempat dimana aku bisa menaruhnya ke dalam rak. Tapi tidak ada waktu yang tepat.. ah, kenapa aku terus menyangkal?? Kakiku masih bisa bergerak, namun otakku punya beribu-ribu alasan untuk menyuruhnya diam. Semuanya sulit di format ulang. Kuharap ada seseorang yang membakar berkas-berkas alasan dalam otakku dan membangun sesuatu yan membuat seluruh organku berfungsi sebagaimana mestinya. Kumohon seseorang datang padaku untuk menawarkan tawaran yang menggiurkan itu dan aku bisa kembali bergerak dan dapat kembali memenuhi waktuku yang berharga.

Aku yakin akan ada seseorang, sesuatu, ataupun suatu gelombang yang akan datang menghampiriku untuk menawarkan sebuah kehidupan yang lebih baik.


Selasa, 19 Juni 2012

The Dramatic Life 2

Aku hidup dalam kepura-puraan
Aku hidup dengan segala kebohongan
Aku hidup di sebuah tempat dimana penduduknya hanya terdiam dalam bayang, terkurung dalam impian
Bangsa yang haus dengan kasih sayang para pemimpinnya, bosan dengan keprihatinan pemimpin lain.
Bangsa yang butuh arsitek negara untuk membenah segala struktur-struktur pembangunannya
Kami hidup di zaman peperangan
Kami semua berusaha melawan musuh-musuh terkuat kami
Namun begitu banyak yang gugur terbawa oleh pedihnya luka yang ditorehkan musuh-musuh kami
Musuh-musuh itu begitu kuat
Mereka mencoba menghancurkan kehidupan kami
Mereka mencoba menjerumuskan kami
Kau tahu apa itu?
Semua manusia di dunia punya itu
Nafsu
Nafsu adalah musuh yang kini begitu sulit dipadamkan
Untuk siapapun
Untukku, untukmu, untuknya, dan untuk mereka
Tidak ada satupun yang dapat mengatur nafsu selain diri kita sendiri
Maka buatlah nafsu itu dapat didampingi oleh orang-orang yang dapat membantu memadamkannya
Nasihat ini untukku, untukmu, untuknya, dan untuk mereka.