Minggu, 01 Februari 2015

Runner in the edge of game

Tadi mimpi, tumben mimpi yang bener2 ada ceritanya lagi kaya jaman sma dulu sering bgt. 

           Jadi suatu hari seorang wanita berambut pendek bertubuh langsing dan bergaya tomboy (yang saat itu saya yakini bahwa itu saya) masuk kesebuah universitas, saya adalah anak mahasiswa baru masuk, ketika itu sedang mencari-cari teman baru, tapi sayangnya teman-teman di sini aneh2 , dan yang saya temukan adalah pria ramping yang tidak bisa diam. Mukanya nggak begitu jelas,  rambutnya pendek dan kayanya agak pirang, tapi disana saya beranggapan dia lumayan tampan hanya saja agak pecicilan. Ketika itu saya bertemu dengannya di dalam sebuah lift, yang anehnya ketika itu dia hanya naik-turun, “kok naik turun doang sih?” ucap saya, “bosen” katanya. Yang anehnya lg, kenapa saya malah ngikutin dia (?). kemudian kita turun di entah-lantai-berapa dan saya mengikutinya.
Saya kembali menemukan teman baru, yang satu ini seorang pria berambut pendek seperti saya dan selalu mengenakan jaket berbulu coklat dibagian lehernya. Teman yang satu ini agak lebih aneh, dia bisa mengeluarkan api dari mulutnya, jadi kita tidak boleh membuatnya marah, kalau tidak kita bisa jadi manusia panggang, yang anehnya bulu-bulu di lehernya tidak pernah terbakar. Dan dari kedua teman baru itu, sampai saya terbangun saya tidak pernah menanyakan namanya dan tidak pernah tahu.
Suatu hari, kami mendapatkan sebuah missi (disini saya tidak terlalu ingat), suatu misi yang membuat kita harus memasuki jalur masuk yang tidak biasa, seperti sebuah lubang asap, namun ketika kami masuki ternyata ada sebuah ruangan di dalamnya, ruangan itu seperti jalur ramp yang selalu turun kebawah tampa dasar (lagi-lagi saya lupa). Yang saya ingat, si pirang selalu menyelamatkan saya dan ketika berada di lantai ke-sekian, saya dan si pirang meninggalkan si api karena dia mulai bertingkah aneh, karena emosinya yang tidak terkontrol dan menyebabkan dirinya selalu marah dan akibatnya semua yang ada di dekatnya dia bakar, untungnya ruangan ramp itu terbuat dari beton anti api. Saya dan si pirang kembali ke atas menuju lubang tempat kita pertama kali masuk. Ketika keluar dari lubang itu kita merasa normal kembali seperti layaknya mahasiswa baru. Si pirang menggunakan kemeja putih dengan lengannya yang tergulung dan jins biru dongker, dan saya mengenakan tanktop putih dan jins biru dongker (ini bukan benar-benar saya ya, hanya saja tokoh utama dianggap saya)
“sekarang kita kemana?”
“entahlah” ucap si pirang. Dia kembali masuk ke dalam lift, dan kembali naik-turun tidak jelas.
Di lantai ke-sekian ada seorang wanita berpakaian seperti suster tanpa topi susternya masuk ke dalam lift. Ruangan apa ini? Ucapku dalam hati, dan suara hati itu mendorongku untuk turun di lantai ini.
“hei, mau kemana kau?” teriak si pirang sambil mengkikutiku.
Ternyata lantai ini adalah khusus untuk kid’s center, jadi wanita yang tadi itu mungkin seorang baby sitter.
“kenapa ada kids center dikampus?” aku menatap si pirang.
Si pirang hanya mengangkat bahunya mengisyarakan ketidaktahuannya. Namun setelah itu aku melihat seorang anak kecil tidur di deretan kursi dengan bantalan biru yang perawakannya entah kenapa rasanya seperti si pirang. “adek?” ucap si pirang.
“itu adikmu?” tanyaku, namun dia tidak menjawab dan malah berlarian dan tertawa tidak jelas bersama anak-anak di dalam sana. Yang anehnya, saya ikutan(?). setelah beberapa lama, tiba-tiba ada perasaan yang muncul di dalam diri saya. Ketika itu entah kenapa si pirang begitu tampan.
“hey” aku memanggil si pirang yang masih berkeliaran di ruangan itu.
Si pirang menghentikan pelariannya(?). “ya? Ada apa?” ucapnya dengan mulut yang terbuka lebar seperti habis tertawa.
“aku mau bicara sebentar.” Ucapku. Kemudian entah mengapa tiba-tiba kita keluar dari gedung itu, dan ternyata cuaca diluar sangat dingin dan sedang salju, dan tiba-tiba saja kita sudah mengenakan mantel tebal. “nggak tau kenapa ya” kami saling berhadapan namun saya menundukkan pandangan tak berani melihat wajahnya. “tapi kayanya aku suka kamu” ucapku yang akhirnya menatap matanya. Tapi si pirang malah bertingkah seolah-olah tidak mendengar perkataan saya, dia memalingkan muka, kemudian berjalan menjauhi saya. Aku memanggilnya namun dia malah terus menjauh, dan akhirnya saya mengejarnya.
Tiba-tiba cuaca menjadi lebih ganas, cuaca yang tadinya tenang menjadi badai salju. Namun si pirang tetap saja berjalan menjauh. Aku terus memanggilnya (rasanya saya memanggil namanya tapi lupa). Pada akhirnya tangan si pirang berhasil saya raih. “kok kabur sih,” ucapku.
“ehm.. aku harus ke sana,” ujarnya agak sedikit gugup, ketika itu entah kenapa rasanya apa yang dia lakukan, menjauh dan jawaban atas pertanyaanku tadi, adalah responnya yang terlalu kaget dan bingung harus bilan g apa, karena si pirang pecicilan, tubuhnya merespon terlebih dulu . Tiba-tiba saja saya tersenyum dan meraih wajahnya lalu mencium bibirnya. Si pirang terdiam, benar-benar terdiam dengan ekspresi kagetnya, dan kemudian tersipu malu.
Tiba-tiba saja kita sudah berada di depan halaman rumah saya, disana si pirang menggunakan celana pendek bermotif bunga-bunga Hawaii tanpa mengenakan baju atasan, dan entah kenapa badannya jadi sixpeck namun tetap ramping, tidak lagi kurus ramping. Ketika itu kami ingin pergi ke pantai, dan tiba2 seorang wanita berambut pendek bergaya tomboy keluar dari rumah menggunakan baju renang. Keduanya saling bertatapan dan tersipu malu.


Terus saya bangun dari tidur saya… yang terakhir aneh bgt… kayanya mimpi ini keluar setelah sebelumnya nonton maze runner, edge of tomorrow, dan the imitation games, thats why the title is runner in the edge of games.. haha.. yah, walaupun nggak ada yang nyambung sama sekali sama film-film itu, tapi biasanya emang kalo abis nonton, mimpinya pasih aneh2.