Minggu, 27 Juni 2010

You Can, My Girl


Title: You Can, My Girl
Cast: Jeong Yeonha, Kim Jaejoong
Other cast: kim jonghyun, Kwon Jaeri, Park Yoochun
Genre: comedy-romance

----------
Menunggu, berharap dia akan datang, jonghyun oppa, kau pergi begitu lama. Hari sudah malam, langit kini telah bertabur bintang, menunggu di ayunan. Tak lama kemudian, seseorang datang, yoochun oppa, mengapa justru kakaknya yang datang? “yeonha-yah, mianhae yo” gumamnya, mengapa dia minta maaf padaku? “mo? Ada apa oppa kemari?” kataku penasaran, “mianhae yo.. jonghyun-sshi.. pergi dan tidak akan bisa kembali” katanya dengan lesu. Apa? Maksudmu mati? Sekejap aku langsung lesu, air mataku menetes di tanganku, menangis, tidak bisa berhenti. Dan aku mencoba melupakanya.


Kenalkan! Aku jeong yeonha. Umur, 16 tahun. Hobi, SHOPPING~. Hal yang paling kusukai, diskon~ apa lagi diskon besar-besaran. Hal yang tidak kusukai, tagihan kartu kredit, ommo, sangat banyak. Dan jangan pernah berkata ‘gratis’ atau ‘Free’ padaku, itu akan membuatku gila. Satu lagi, kau tahu apa pekerjaanku? Pekerjaan yang melelahkan, sangat berjasa, bekerja di perkantoran dan memerlukan ketelatenan. Cleaning service.
Ketika jonghyun masih ada, dia sering mengingatkanku “jangan belanja terlalu banyak, SHOPAHOLIC!” yah, shopaholic, sebutan untuk orang yang tergila-gila dengan belanja. Aku dan jonghyun tahu julukan itu dari film barat berjudul “I’m shopaholic”.
Pertama kami bertemu ketika aku sedang belanja di sebuah toko baju, dan dia bekerja sebagai kasir di tempat itu. Kemudian aku dan dia jatuh cinta. Sama sekali tidak romantis.

Minggu 10.30 am (back sound : f(x)-chocolate love)

Shopping time!! That’s my favorite! Pagi menjelang siang yang kubutuhkan, jika waktu untuk belanja tidak ada, I can’t breath.
Dengan baju dress putih selutut, dan setelan jaket kecil berwarna coklat, shal tipis kotak2 berwarna hitam dan coklat tergantung dileher, juga dengan sepatu berwarna merah marun, aku berjalan menyelusuri jalan perkotaan, tempat dimana banyak ‘kekasihku’ berjejer ; Toko baju, toko tas, toko sepatu, toko emas! Toko buku, dan banyak lagi. Dan ‘kekasih’ yang pertama kupilih adalah, toko tas, walau pun tasku masih bagus, tapi aku punya tas yang sudah kutaksir sejak dulu, dan aku baru bisa membelinya 15 kali gajian. Untung aku memakai kartu kredit, jadi bisa kubeli sebelum aku mendapatkan uangnya.
Tas bermerek Gucci dengan warna hitam mengkilap, begitu elegan. Dengan jaitan-jaitan garis-garis menyilang, juga kancing bulat berwarna perak dengan permata di tengahnya berkilauan, sungguh cantik bukan? Berbentuk persegi panjang dengan dua kantung bersinggah di depan tas, dan jika diperiksa kain didalamnya, berbahan lembut, dengan beberapa kantong di dalamnya, sangat sempurna. Tidak hanya itu ;

GUCCI’s Bag US$ 1000
DISCOUNT 50%
-Original-

OH MY GODNESS!! Impossible.. keberuntungan ada padaku, tas ini benar-benar ditakdirkan untuk menjadi milikku.

Aku mengambil tas itu dari tempatnya, dan aku cepat-cepat ke kasir untuk membayarnya, tapi tiba-tiba saja kakiku sakit karena tadi mengantri lama untuk masuk, pegal, aku terjatuh, tas itu juga. Ketika itu aku merintih kesakitan, mencoba mengambil tas indah itu, tapi ada tangan orang lain, mengambil tas itu, ketika aku menoleh ke atas, seorang namja, berambut coklat lurus. Dia mengambil tas itu dan menatapku, dan aku langsung berdiri, “ah, terimakasih telah mengambilkannya untukku, skarang berikan tas itu, aku ingin membayarnya” kataku menyuruh pria itu, “enak saja” katanya kemudian menjulurkan lidahnya mengejekku, “tapi itu punyaku, tolong kembalikan, namja yang tampan~ please~” rayuku, tapi ternyata rayuanku tidak mempan, dia malah berkata “siapa cepat dia dapat, kalau mau coba rebut dariku” dia berlari menghindariku. Dasar idiot, berani-berani merebut ‘pacarku’.
Kami berlarian, dan aku mendorongnya hingga jatuh dan tas itu kurebut. Aku sudah mendapatkan tas itu, tapi ketika aku ingin lari, ternyata tali tas itu digenggam pria itu, aku jadi ikut jatuh dibuatnya. kemudian aku berdiri lagi dan pria itu juga berdiri, terjadilah tari menarik.

“hey idiot! Ini punyaku, aku sudah mengambilnya duluan!” kataku menarik tas itu lebih kuat sehingga tangannya tertarik olehku, “enak saja, kau sendiri yang menjatuhkannya, dan aku mengambilnya, brarti ini punyaku! Dsar perempuan gila!” ejeknya yang mulai menarik lebih kuat sehingga tas itu ada di pihaknya. “APA KAU BILANG??” bentakku pada pria itu. Aku sudah tidk tahan, akhirnya aku berteriak histeris, hingga semua orang menoleh ke arah kami semua. Seorang pegawai toko itu menghampiri aku yang masih berebut tas dengan pria itu, “ada apa?” tanyanya, “pria ini sungguh IDIOT! Tasku ditarik-tarik dia, lihatlah, dia ingin mencuri tasku!” kataku berbohong, “tapi..” ketika pria itu ingin menjelaskannya pegawai itu sudah memukul kepadalany duluan dengan tongkat. Pria itu sempoyongan, dan tangannya memegang kepalanya yang sakit itu, dan ‘pacarku’ akhirnya ia lepas, aku berlari menjauh, dan ketika aku tersadar dia melihatku, aku langsung menjulurkan lidahku. Yes, akhirnya berhasil juga mendapatkan tas incaranku dari 5 bulan yang lalu.

Aku membayarnya di kasir, ah, senangnya bisa membeli tas ini, dengan harga yang lumayan pula, jadi tidak banyak menambah tagihan kartu kredit. Ketika aku baru mau menyerahkan kartu kreditku, tas itu kembali di rebut oleh namja idiot itu! Untungnya aku berhasil memegang tas itu, dia menarik tali tas itu.

“hey!! Kau itu IDIOT ATAU BODOH SIH?? INI PUNYAKU!! Memang apa urusanmu dengan tas ini, HAH!!??” bentakku keras pada namja itu, “tidak usah teriak, yeoja GILA!! AKU PUNYA TELINGA!! Aku juga ingin membeli tas ini!!” katanya membentak balik. Aduh, dasar orang egois!! Aku yang lebih dulu mendapatkannya.

Kami terus berusaha menarik tas itu untuk tahu siapakah yang berhak mendapatkannya. Aku yang mulai kesal menarik sekuat tenaga, terlihat dari wajahnya namja itu juga menarik sekuat tenaga. Dan, SRRRAAK!! Tali tas itu robek di buatnya. “BODOH!! Pacarku!! Jangan mati!!” kataku dan namja itu serempak. Apa? Dia bilang itu pacaranya? Itu pacarku! Apakah dia juga shoppaholic? Semoga saja tidak.

“Kalian harus membayarnya” kata petugas kasir itu dengan wajah yang sefikit merasa kasihan pada kami. “INI SEMUA GARA2 KAMU, IDIOT!!” katku berteriak di telinganya, dan raut wajah namja itu langsung mengkerut marah, “dasar GILA!!!” katanya sambil menaruh kartu debitnya di atas meja kasir lalu pergi. Apa yang dia lakukan?? Membayarnya dengan meninggalkan kartu debitnya begitu saja?? Memang namja yang idiot, tidak cerdas, tapi spertinya itu juga termasuk gratis untuk membeli barang yang sudah rusak. Tapi lama2 aku kasihan juga padanya, apa aku kembalikan saja kartunya ya? tapi dia kan sudah merusak pacarku! Mungkin lebih baik aku pulang saja dan membawa pulang kartu ini.

Pagi ini cerah sekali! Rasanya aku ingin belanja.. tapi aku tidak mau bertemu orang yang serupa dengan namja kemarin. Hoah.. hari ini harus kerja, aku lelah dengan yang kemarin, kakiku sakit. ketika aku duduk merintih kesakitan, secar bersamaan sepucuk surat jatuh dari lubang surat di pintu. Aku berusaha mengambilnya sambil menahan rasa sakit, SURAT TAGIHAN!!! Bagai mana ini? ketika kulihat isinya.. banyak sekali!! Tidak seperti bulan2 sebelumnya! Dan aku melihat total tagihan itu, US$ 10000!!! Aku tidak percaya, bagai mana cara membayarnya dengan pekerjaanku yang sekarang ini?? Yeonha-ya! kau beli apa saja!! Aku marah, marah pada diriku sendiri, mungkin namja itu benar, aku memang gila.

Sebenarnya hari ini aku tidak mau masuk kerja, kakiku sangat sakit, tapi karena surat ini memaksaku untuk masuk.
_____________________________________________________________________________________

Back sound : stand by u - TVXQ

Sakit, sakit sekali. Aku sedang mengepel ruang loby, tapi aku sudah tidak kuat untuk menahannya. Aku mulai pusing, dan dikepalaku hanya terbayang tagihan2ku yang begitu banyak. Aku lelah, tangakai pel kujatuhkan, aku terjatuh di lantai, aku pingsan tak sadar dan mataku hampir menutup, sekejap aku melihat orang2 melihatku, dan akhirnya mataku tertutup.


Aku bangun! Apakah aku masih hidup? Aku masih hidup, tapi dimana aku? Aku tertidur di kasur untuk satu orang berwarna putih dengan selimutnya yang berwarna putih juga. Ketika aku melihat kesekeliling, sepertinya aku sedang ada di kamar sebuah rumah sakit, dan aku melihat kakiku yang sekarang sudah lebih baik diperban.

Aku melamun, memikirkan jonghyun yang andai saja dia masih hidup, dia pasti akan menjengukku. Aku memikirkan kenangan2 masa lalu, air mataku jati. Yeonha-ya! kau ‘kan punya banyak kekasih! Toko2 berjejer itu, jadi janganlah kau menangis! Malaikat dalam diriku berkata. Tapi tetap saja air ini terus berjatuhan, aku menunduk dan meratapi nasibku. Dan ketika itu juga seseorang membuka pintu, seseorang yang tidak asung bagiku! namja idot. Tapi kali ini dia tidak seperti seseorang yang idiot, dia nampak berwibawa, dengan setelan kemeja putih dan jas putih. Tunggu dulu, apakah dia seorang dokter?? “apa kabar, namja idiot?” kataku menyapa, “jangan sekali-kali memanggilku seperti itu!” katanya sedikit marah, aku tertawa dan tetap duduk berselimut di kasur, “ok ok, bagai mana kabarmu?” tanyaku sama, “baik, kau sendiri bagai mana, yeoja gila?” ah sial.. “kau sendiri apa?? Memanggilku gila” aku cemberut , dan dia tertawa. Ternyata dia termasuk namja yang lumayan keren, cara dia berbicara sangat santai.

“hmm, mian yang waktu itu, aku membuatmu mengeluarkan uangmu, padahal kau tidak dapat apa-apa” kataku dan secara bersamaan dia duduk di bangku sebelahku “tidak apa-apa, sekarang mana kartuku” tagihnya, ternyata meskipun tidak apa-apa dia tetap saja tidak rela kartunya diambil begitu saja, dasar aneh, “ini.. kau seorang shopaholic, benar?” kataku sambil memberikan kartunya, “iya, bagaimana kau tahu?” pertanyaan yang tidak bermutu, tentu saja tahu, dia menyebut tas itu sebagai pacarnya, seperti aku, “tentu saja, kau begitu agresif ketika ingin merebut tas itu dariku” kataku dengan sedikit tertawa disela-sela waktu.

Ketika kita sedang tertawa bersamaan, seorang suster masuk, “maaf mengganggu, dok, ada pasien yang harus ditangani” mendengar suster itu berkata aku percaya bahwa dia memang seorang dokter, “ya… oh ya, ini surat dokternya” katanya menulis di kertas kemudian ia masukkan amplop yang ada di meja kemudian memberikannya padaku,”oh ya terimakasih” ucapku, dia tersenyum lalu meninggalkan ruangan. Ternyata dia tidak seidiot yang kukira, dokter pula.
_____________________________________________________________________________________

Ketika matahari terbenam, wangi angin sore berhembus. Aku sedang ada di rumah, ayahku belum pulang, dan ibuku takkan pulang, dia telah pulang keatas sana. Aku duduk di sofa, menyalakan TV, ah.. tidak ada acara yang seru, tapi ketika aku menekan tombol remout angka 7, ada iklan jam tangan. Oh tidak, jam tangan itu sungguh keren! Tapi aku menahannya dengan mematikan TVku, aku sudah sadar bahwa apa yang kulakukan ini tidak benar, tagihanku banyak sekali.

Aku hanya melamun dengan posisi tertidur di sofa, oh ya! surat dokter, tapi kan aku sudah sehatan, yah meskipun kakiku tidak sembuh betul. Kubuka amplop surat itu dan membacanya, tulisan dokter;

Besok jam 10 pagi di taman kota
-jaejoong-

Namanya jaejoong, huft.. depan huruf namanya J, jadi teringat jonghyun oppa lagi. Dasar orang aneh, katanya surat dokter, tapi betul juga ya, ini kan juga surat dari dokter, dokter idiot. Tapi besok memang hari minggu, aku libur. Tak terbayang apa yang akan kami lakukan besok.
Namanya jaejoong, huft.. depan huruf namanya J, jadi teringat jonghyun oppa lagi. Dasar orang aneh, katanya surat dokter, tapi betul juga ya, ini kan juga surat dari dokter, dokter idiot. Besok hari selasa, harusnya aku masuk, tapi aku tidak diperbolehkan untuk bekerja, jadi aku libur. Tak terbayang apa yang akan kami lakukan besok.



Back sound: let me your voice - bigbang

Udara pagi memang segar.. Hari ini hari selasa, dan aku seharusnya aku bekerja, tapi karena kakiku cedera jadi kantor memperbolehkanku untuk tidak bekerja. kakiku juga tidak sesakit seperti yang kemarin, lega rasanya satu beban telah kulewati. 1 beban lagi yang sulit kutaklukkan, tagihanku. Aku melamun.

Oh ya.. suratnya. Ah. Aku malas rasanya, sedang tidak ingin keluar. Aku duduk di sofaku, tempat yang paling kusuka. Ketika aku sedang duduk dengan mengangkat kedua kakiku, telpon genggamku berbunyi. Ada yang meneleponku, dan aku tak mengenal digit2 nomor itu, tidak ada dalam phone book ku. Aku takut nomor ini adalah nomor penagih hutang. Tanganku gemetaran ketika ingin mengangkatnya, tapi aku memberanikan diri.

“halo?”

“selamat pagi, yeoja gila??”

Ah.. ternyata si idiot, hampir saja telpon ini ingin kubanting. Tapi bagai mana dia tahu nomor teleponku? “selamat pagi juga, bagai mana kau tahu nomorku? Seingatku aku tidak memberikannya padamu?” kataku bingung, “tahu dong.. keren ‘kan?” gumamnya sambil tertawa, “aku serius! Jangan2 kau bukan hanya dokter atau namja idiot? Tapi juga pencuri? Kau mengambil dompetku lalu mengambil nomor telponku yang tertera di kartu pelajar *emang ada?* ya ‘kan?” ceritaku tanpa berpikir panjang, “kau ternyata menyadarinya ya?” dia tertawa kembali, hah? Apa maksudnya, “menyadarinya? maksudmu?”
“aku ‘kan mengambil dompetmu”

“HAH!! DASAR PENCURI! Sejak kapan??” teriakku takjub, dasar bodoh! Benarkah dia seorang dokter? Sifatnya terlalu kekanak-kanakan, sebal. “makanya, kalau kau mau dompetmu kembali, datanglah ke sini” ancamnya, “kesini? Kesini mana?” tanyaku lagi tak sabar ingin mendatanginya dan memarahinya, “maksudku ke taman” dia mengingatkan janji itu kemudian mematikan telponnya, memang sekarang sudah jam berapa? Aku melihat jam dinding yang tak jauh dari TV. Jam 12!! Benarkah dia menungguku selama itu?


Ayunan terayun oleh angin, daun-daun di pohon terbawa angin. Siang ini cuaca tidak panas, tapi sangat sejuk. Seperti biasa dalam cerita2 di film, ada saja tempat kenangan menyakitkan seperti di taman ini, dimana aku mendengar kabar buruk, sangat buruk. Jeonghyun telah tiada. Oh tidak, hatiku sakit, ketika itu aku menunggunya hingga malam, niatku untuk mengungkapkan semua isi hatiku padanya, termasuk hal yang tidak begitu kusuka yang ada didalam dirinya, tapi nyatanya jiwanya telah kembali lebih dulu. Rasanya sakit.

Kenangan2 itu langsung buyar ketika aku melihat jaejoong sedang duduk di kursi taman memakai jins biru, dan baju hitam dengan jaket kulit yang panjangnya sampai lutut. Duduk sambil mengenakan headset yang tertutupi rambut lurus coklatnya. Keren.

“idiot!” teriakku dan melambaikan tangan kananku kearahnya, “eh, yeoja gila! akhirnya kau datang juga, bagai mana dengan kakimu?” sautnya, dia sepertinya memang sudah menungguku sejak lama, terlihat ketika sebelum kusapa, wajahnya datar dan terlihat membosankan, dan ketika kusapa, wajahnya telah berubah, “sudah membaik, maaf ya, kau sudah menunggu lama?” aku duduk disebelahnya, “lama! Lamaaaa sekali! Dua jam! DUA JAM!!” katanya menggertak, “haha, awas, wajahmu yang seperti itu terlalu buruk untuk diperlihatkan!” tawaku geli, dan dia malah ikut tertawa, dasar aneh.

“jaejoong-ah” panggilku ketika sebelumnya terdiam “itu namaku” katanya tak jelas, “hah? Itu memang namamu kan?” aku bingung, kenapa dia malah menjawab ‘itu namaku’? “ya, aku grogi ketika seorang yeoja yang tak kukenal memanggil namaku secara langsung, kadang2 aku jadi salah tingkah” katanya malu2, ah, malu2 kucing. “dasar aneh, dari pada aku memanggilmu idiot nanti..” “lebih baik idiot” potongnya. Aku tertawa melihat wajahnya yang grogi, dia sangat pemalu.

“oh ya, aku sudah memberi tahu namaku, bagai mana dengan mu?” Tanyanya untuk menghilangkan rasa malunya, “oh, eeh, namaku yeonha, jeong yeonha, salam kenal” kemudian dia tertawa, sungguh manusia yang tidak normal, aku semakin tidak yakin bahwa dia seorang dokter, kelakuannya terlalu aneh untuk dijadikan sebagai seorang dokter, jangan2 pasiennya jadi gila dibuatnya, “kok ketawa?” tanyaku heran, dasar namja sinting, “haha, ternyata gila2 begini juga punya nama toh, belum lagi seorang shopaholic, kukira namamu akan seperti nama merek sepatu atau merek baju” tawanya lagi, “hahaha, dasar orang aneh, sejak kapan kau bisa mengarang cerita tak berguna itu, sungguh tidak lucu” meskipun aku bilang itu tidak lucu, tapi cara dia berbicara bodoh sperti itu membuatku ikut tertawa.
Aku begitu beruntung bisa berkenalan dengan orang ini, meskipun kesan pertama ketika bertemu dengannya sangat tidak menyenangkan. Tapi aku rasa aku suka berbincang-bincang dengannya, obrolan kami nyambung. Tapi tetap saja aku heran padanya, dia terlalu banyak tertawa.

“terima kasih atas waktunya, itu membantu” ucap jaejoong berpamitan, “ya, jangan jadikan beban pikiran lagi ya” kataku memotivasi. Tadi aku diantar kerumah dengan motor merah sporty milik jaejoong, dan ternyata dia menyuruhku untuk ke taman bukan hanya ingin mengembalikan dompet, tapi dia ingin mencari teman untuk menghilangkan rasa bosan dan sibuknya menjadi dokter, membuatnya memiliki banyak pikiran. “yeonha-ya!” panggilnya sebelum pergi, “ne?” tanyaku heran, dan ketika aku menoleh ke arahnya, ia melambaikan tangannya dan tersenyum, oh tidak, benarkah itu senyumannya? sungguh manis. Sekejap hatiku berdebar, dan aku melambaikan tanganku, “sampai berjumpa lagi” katanya, dan motornya digas lalu pergi. Ommo, senyuman itu, terakhir kali aku melihatnya ketika jonghyun ada, sungguh manis, aku tak kuasa membayangkannya. Ya ampun yeonha.. sepertinya kau terlalu berlebihan.


Malam sudah tiba, rasanya hari ini adalah hari yang indah, entah diriku yang memang aneh atau memang ada sesuatu yang membuatku suka dengan hari ini. sepertinya aku memang pura2 tidak tahu. Aku jatuh cinta pada namja idiot itu.

OMMONA!!! Apa yang tadi kukatakan?? Aku baru saja kenal dia tadi, tapi berani2nya aku sudah berkata seperti itu. Aku kesal, kesal pada batinku sendiri, bisa2nya berpikiran bodoh seperti itu. Dan tiba2 batinku mengucapkan sesuatu, apakah salah jatuh cinta padanya?

***

Selamat pagi! Hari ini adalah awal dari pekerjaan yang sangat melelahkan. Aduh, aku lapar, untung kamarku tidak jauh dari dapur “appa! Apakah kau lapar?” teriakku dari dapur, dan sepertinya appaku sedang ada di ruang tamu sambil minum teh, itu hal yang biasa dia lakukan, “iya! Buatkan makanan buat ayah ya, nak, oh ya buatkan 2 lagi untuk tamu appa!” teriaknya menjawabku, tamu? Siapa? ah, mungkin teman ayah, baik lah akan kubuatkan sup buatanku, semoga tamu2 itu suka.

Sudah matang, sekarang akan kubawa ke ruang tamu. Aku berhati-hati membawanya, setiap langkahku aku selalu memerhatikan ketiga mangkuknya agar tidak tumpah. Aku sampai di ruang tamu, aku masih memperhatikan mangkuk, dari ujung mata terlihat 2 orang namja, mungkin bapak2 dan sepertinya melihat kearahku. Kutaruh mangkuk satu2, dan kutarik lagi nampannya, “silakan dicoba” kataku lalu melihat wajah kedua tamu itu. Jaeojoong! Dengan seorang bapak2, mereka berdua mengenakan kemeja polos. Jaejoong yang sepertinya sudah sadar sejak tadi bahwa ini aku melambaikan tangannya rendah dan tersenyum aneh, entah senang atau sok manis.

“yeonha, kenalkan ini teman ayah dan ini anaknya, dulu anaknya ini pernah merawatmu ketika kau amnesia” jelas appa menunjuk temannya kemudian jaejoong secara bergantian, oh ya? memang aku pernah amnesia? “o..oh” kataku sedikit heran, dan jaejoong hanya senyum2 aneh tak jelas, “apa kau ingat, yeonha?” Tanya appa mengarahkan wajahnya padaku yang masih berdiri di sebelahnya, “tidak.. tapi aku sudah kenal dia” kataku yang masih melihat kearah jaejoong dengan tatapan heran dan terkejut seakan aku bertanya padanya “bagai mana bisa?” dan dia hanya mengangkat bahunya pura2 tidak tahu, padahal senyuman aneh itu masih menempel di wajahnya. “oh begitu, kalau begitu kau ada teman ya, yeonha, kalau begitu kalian kami tinggalkan di rumah ya” jelas appa lg, “appa mau kemana?” appa, sudah di ambang pintu membawa tas kantornya bersama temannya itu, kumohon jgn meninggalkanku untuk tinggal dengannya di sini, “appa hanya untuk hari ini saja kok, appa akan balik besok. Oh ya yeonha, kartu kreditmu sudah ayah bayar separuhnya, separuhnya lagi jaejoong yg bayar, dia yg mau, berterima kasihlah padanya” kata appa yang sepertinya telah bertemu penagih kredit kemarin, “oooh, terimakasih appa, semoga pekerjaanmu lancar” do’aku, dan appa mengangguk lalu berpamitan.

Mereka telah pergi dan tak terlihat lagi sekarang, aku menatap orang idiot itu, dengan sinis, “terima kasih, orang aneh, tapi jangan harap karena kau telah membayarkan tagihanku kamu dapat pelayanan di sini” gumamku sedikit sombong, tapi kau tahu? Di hati ini aku sedang mengalami badai bunga, aku terlalu senang, ternyata ada namja yang sebaik ini. “tidak, aku memang tidak berharap akan mendapatkan pelayanan darimu, karna aku tahu kau itu pelit!” katanya sok bijak sekaligus mengejekku, “heh! Bagai mana bisa kau memutuskan bahwa aku itu orang yang pelit??” benakku mendekatkan wajahku padanya.

Ah, bodoh, aku jadi bisa melihat wajahnya secara jelas. Ommo, aku tidak bisa berkutik, dia menatap mataku, dia begitu tampan jika dilihat secara jelas. Tangannya mengelus pipiku, melewati sedikit sela2 rambutku. Detak jantungku mulai berdegup kencang, apa yang bisa kulakukan!! Aku langsung mundur kebelakang, “apa yang kau lakukan??” mukaku sepertinya sedikit merah, aku sangat malu, “tidak ada” katanya singkat, lalu melanjutkannya lagi, “aku hanya memastikan bahwa kulitmu halus atau tidak, dan sepertinya tipe wajahmu itu tipe kulit berminyak, pasti kau menggunakan banyak produk untuk menghilangkan jerawatmu” jelasnya, aku lupa, dia itu kan seorang dokter, huft. Dia berhasil membuatku jantungan. Dan aku membuang nafas lega.

“jangan2 kau berpikiran yang lain ya?” curiganya, oh tidak, jangan2 aku terlihat berharap pada dirinya, “m.. memangnya kenapa!?” bentakku untuk yang kedua kalinya. Dia tertawa, tertawanya sungguh berlebihan, ah sial, harusnya aku bilang ‘tidak’ saja. “ya!! rasanya tidak selucu itu!! Kau itu mau tertawa atau meledekku” gertakku, tapi dia tidak berhenti tertawa, “dua-duanya” katanya dan kemudian melanjutkan tawanya lagi, “dasar IDIOT!!” tidak sengaja aku memukul pipinya begitu keras, PABO-ya, kenapa aku memukulnya? Aku melihat dia terjatuh di lantai, dia menutupi pipinya yang sakit, dia bergetar, mungkin kesakitan, “mi.. mianhae yo! Aku tidak sengaja.. maaf ya” kataku mulai melas, dia bergetar semakin kencang, dan tiba2 ledakan tawanya menggema, “ha?” aku bingung, kok dia tertawa? “hahaha, ternyata kau cepat naik darah, tapi kau juga bukan orang yang tega berbuat kejam ya” tanggapnya sambil tertawa kecil,

“ah, terserah lah.. sebal.. kukira kau benar2 sakit”

“haha, tidak kok” katanya tetap tertawa. BODOH. Dia bilang ‘tidak’ tapi apa yang kulihat sekarang? Hidungnya berdarah, sebegitu kereasnya kah pukulanku? “hidungmu berdarah!!!” aku lari, mengambil tissue di dekat meja ruang tamu, menarik jaejoong ke ruang keluarga, mendorongnya untuk duduk di sofa, “aku tidak apa apa kok” katanya, disar, dokter yang tidak bisa merawat dirinya sendiri, “bawel” kataku dan tetap menghapus darah dari hidungnya.

“kau tahu, aku pernah diperlakukan seperti ini dulu”

“oleh siapa?” aku bertanya sambil tetap mengobati hidungnya,

“olehmu”

Aku baru tersadar jarak wajahku dengan dia begitu dekat, ah sial, lagi2 hatiku berdebar, aku langsung menjauh dari wajahnya, “kau jangan membuatku berpikir yang tidak2 seperti tadi” jangan harap aku akan masuk ke lubang untuk kedua kalinya,

“aku serius” katanya dan menatapku tajam, kenapa suasananya jadi begini? “trus??” kataku berharap dia tidak melanjutkannya lagi, “itu ketika kau dan aku masih kecil” sepertinya dia berusaha mengingatkan padaku kejadian waktu dulu yang sepertinya kulupakan ketika aku amnesia, dan dia berhasil

“kau kenpa?”

“Aku terluka, di hidungku”

“sini, biar aku obati”

“terima kasih”

“nanti kalau kamu sudah besar, kamu jadi dokter ya!”

“iya, dan nanti kamu yang jadi susternya”

Aku mulai mengingatnya, “boleh aku bertanya?” aku mengarahkan wajahku kea rah jaejoong, “silahkan” jawabnya sikngkat, “kapan aku mulai amnesia? tolong ceritakan” pintaku, dan aku mulai memerhatikan mulutnya berbicara, “ketika kau tahu bahwa jonghyun telah pergi, kau pingsan dan terbentur batu di taman, dan ketika kau terbangun kau telah hilang ingatan” jelasnya, “lalu bagaimana bisa aku masih ingat dengan jonghyun oppa?” tanyaku lagi, “karena kau diingatkan lagi oleh yoochun dan jaeri, belum lagi foto2 yang kau pajang dikamarmu itu foto2 jonghyun semua” sepertinya dia lebih tahu hubunganku dengan jonghyun dibandingkan aku sendiri,

“apakah itu benar adanya?” aku masih tidak begitu percaya bahwa dia pernah ada dalam kisah hidupku,

“tentu saja, untuk apa aku berbohong”

“dan kau tahu, kau pernah membuatku patah hati” sejak 3 tahun yang lalu, sepertinya waktu itu ketika aku kehilangan jonghyun oppa, dan aku tidak mengingat dia sama sekali, “apa maksudmu?” aku mulai mendekatkan jarak tempat dudukku dengannya agar bisa menyimak dengan baik, “ah, aku jadi malu” katanya sambil menutup mukanya, bisahkah dibayangkan seorang dokter itu pemalu? “ih, apa2an sih, malu? Bukannya kau tidak punya malu ya?” ejekku, wajahnya langsung mengkerut, “enak saja, yah, pokoknya aku sudah senang ternyata kau itu masih baik2 saja” dia menundukkan kepalanya.
_____________________________________________________________________________________

Back sound : I can’t breath-GDragon

Sore tiba, aku bosan di rumah terus, dari tadi aku tidak melihat jaejoong, katanya dia mau mandi, tapi kenapa lama sekali?

Aku mengecek kamar appa yang nanti akan menjadi tempat jaejoong. Aku membuka pintu, tidak ada jaejoong, dan aku mengetuk kamar mandinya, tidak ada orang sepertinya. Huh, orang yang menyulitkan, kemana sih dia? Aku menoleh kesegala arah, aku mencium parfum, tapi bukan parfum yang biasa di pakai appa, bau jaejoong. Aku menoleh ke meja komputer yang tak jauh dari kasur, sebuah buku gambar terkapar di atas meja itu. Apakah buku ini milik jaejoong? Aku ingin lihat, apakah dia bisa gambar. Aku membuka lembar pertama, tidak ada apa2, hanya kertas putih biasa. Lembar kedua, juga tidak ada apa2. Aargh, sebenarnya ini buku sudah dipakai belum sih? Aku buka semua lembaran itu, aku berhenti dilembaran yang kesekian, sebuah gambar yang membuatku terpanah. Arsiran yang teratur dan lembut, dengan struktur yang pas, sebuah sketsa seorang yeoja, terlihat canti, tapi sepertinya aku kenal dengan wajah di gambar ini.

“kau sedang lihat apa, YEOJA GILA!! Berani2nya kau membuka bukuku tanpa izin!” bentak seseorang di belakangku, aku membalikkan tubuh, dan aku melihat jaejoong berdiri di depan pintu dengan memakai kaos abu2 dengan jaket hitam dan jins, “habisnya dari tadi aku mencarimu tapi tidak ketemu, eh, ada buku, yasudah aku buka saja!” aku beralasan, “apa?? Kau mencariku?? Mencariku atau memang ingin masuk ke kamarku?? HAH??” dia marah, marah terlalu berlebihan, “AKU BETUL2 MENCARIMU, DASAR BODOH, IDIOT, TOLOL” aku keceplosan, aku yakin aku akan dimarahi habis2an. Sekarang aku merasakan hawa pembunuh, tatapan matanya kini sangat tajam, Ommo!! Aku takut, ayolah cepat berlalu. “apa kau bilang?????” katanya menggeram, oh tidak! Jangan2 nanti dia akan berubah menjadi binatang buas! Aku harus cepat2 kabur! Ah sial, sebelum aku melangkahkan kakiku, dia telah menarik leher bajuku lebih dulu, “ikut aku!!” gumamnya sambil menarik tanganku. Tidak!! Aku diseret!!



Aku di tarik sampai ke taman, dia membantingku ke kursi taman, ternyata seidiot-idiotnya dia, kalau sedang marah sangat menyeramkan! Raut wajahnya begitu suram, “jangan bunuh aku!!” kataku ngeri sambil menutup mata dan menutup wajah dengan tangan.

“nih, kau pasti kedinginan” katanya yang tiba2 lembut dan memberikanku jaket, aku heran, “tadi kamu marah, sekarang kok malah sok manis?” kataku sedikit heran sekaligus sebal, dia malah tertawa, huft, ketawanya jadi seperti sebuah penghinaan bagiku, “kau seru ya untuk ditipu!” gumamnya dan tertawa kembali, dia berbalik badan, memandang langit sore, hari ini sangat dingin, “YA!! mau mu apa sih? Senangnya menipuku, menertawakanku,dan terus mengganggu hidupku! Bisakah kita berteman seperti biasa? Kau ini kenapa sih??” kataku meminta penjelasan, dia tetap membelakangiku, “kenapa ya?” katanya yang tetap tidak menoleh padaku

“mungkin karna aku suka kamu”

Dan tiba2 angin lembut melewati rambutku, “a.. apa maksudmu?” orang aneh ini mengejutkanku, “ah, lega” katanya seraya menghembuskan nafas lega.

“maaf kalau selama ini aku merepotkanmu” dia berkata tanpa enggan menghadap kearahku. Air mataku jatuh. Bo?? Aku tidak pernah menangis! Terakhir aku menangis ketika aku umur 13 tahun saat umma meninggal. Sepertinya aku terharu, air mataku terus mengalir, tapi aku tetap heran, rasanya aku ingin berkata “mataku!! Kenapa dengan mataku!! Apakah ada kebocoran? Biar kuperbaiki, aku cleaning service yang handal!!” tapi itu tidak mungkin kukatakan, itu terlalu konyol.
“sejak kapan kau menyukaiku?” gumamku yang hampir seperti bisikan, tapi nampaknya dia mendengar, “sejak ibumu meninggal” dia tetap mengarahkan pandangannya kedepan, dia menggaruk rambutnya tanda bahwa dia malu ketika menjawab pertanyaanku itu. Selama itu kah? Dan aku sendiri tak menyadarinya? Justru aku malah bersama jonghyun oppa? Benar2 wanita kejam.
Badanku bergemetar, jantungku berdegup lebih kencang dari sebelumnya, jaejoong-ah, aku juga suka..
Aku memeluknya dari belakang, inikah yang sejak dulu belum pernah aku rasakan, bahkan dengan jonghyun oppa.

“ya! apa yang kau lakukan, lepaskan!”

“tidak mau”

“kubilang lepaskan!” bentaknya, “tidak mau! Gara2 kamu! Aku jadi jatuh cinta dengan si dokter idiot!” katuku menangis, suara tangisanku mulai terdengar lebih kencang. Apa ini? kenapa aku jadi cengeng begini?

Jaejoong memegang tanganku dan menariknya, berhasil melepas pelukan itu, dia melihatku yang sedang menangis. Aku malu, aku menutup wajahku, tapi dia malah menarik tanganku, “aku ingin melihatmu menangis” katanya tanpa ada tawa sedikitpun. Kenapa dia tiba2 berubah jadi orang yang serius?? Aku gemetaran, padahal aku tidak kedinginan. “kenapa kau gemetaran?” Tanya jaejoong, “a.. aku kedinginan” aku bohong, air mataku tetap menetes. Dia memelukku. “apakah sekarang masih dingin?” katanya tanpa melepas pelukannya, “tidak, oppa”

Sejak itulah taman ini tidak lagi sebagai kenangan menyakitkan bagiku, tapi sebagai kenangan terindah dalam hidupku. Apakah ini yang namanya romantis? Kalau iya, romantis adalah sesuatu yang indah yang pernah aku alami.

Everyday is a new day

I’m thankful for every breath I take

I won’t take it for granted

So I learn from my mistakes

It’s beyond my control, sometimes it’s best to let go

Whatever happens in this lifetime

So I trust in love

You have given me peace of mind

I feel so alive for the very first time

I can’t deny you

I feel so alive

I feel so alive for the very first time

And I think I can fly


Sunshine upon my face

A new song for me to sing

Tell the world how I feel inside

Even though it might cost me everything

Now that I know this, so beyond, I can’t hold this

I can never turn my back away

Now that I’ve seen you

I can never look away
_____________________________________________________________________________________

Setahun berlalu, aku memanggilnya “jaejoong oppa”, dan aku menjadi suster pendampingnya. Sebulan kemudian, dia berkata “will you marry me?” dan aku menjawab, “tapi kau ingat, aku shoppaholic” tapi dia tak ingin menyerah,

“kita berusaha menghentikan itu bersama” jelasnya, “aku tidak bisa!” bentakku, dan dia melanjutkan kata2nya lagi,

“you can, my girl”

_END_

1 komentar:

Anonim mengatakan...

waaw