Minggu, 27 Juni 2010

I’m Normal

Title: I'm Normal
Cast: Kwon Jaeri, Park Yoochun (DBSK)
Other cast: kim hyunji, Lee Jinki (Shinee), Jeong Yeonha, Kim Jaejoong (DBSK)
Genre: romance

--------
Angin berhembus melalui helaian rambut seakan membelaiku lembut.. dedaunan kering jatuh menghujani. Ketika seseorang berdiri di bawah pohon, memandangku tajam penuh arti, itukah kenangan terakhir yang ia tinggalkan, begitu berarti meskipun sekejap.. kami tuturkan janji kami yang entah akan tetap utuh atau kah lenyap.. kenangan itu hilang, kini kehidupanku telah berubah

Penyakitku, membuat hidupku semakin sulit. Bukanlah penyakit serius, bukan juga penyakit yang mudah di sembuhkan. Tidak dengan dokter, tidak dengan obat. Entah sejak kapan aku menderita penyakit ini. penyakit yang biasa didapat oleh orang yang sudah lanjut usia. Aku dapat melupakan sesuatu dengan waktu yang sangat singkat, tidak akan ingat jika tidak ada yang mengingatkan. Mungkin memang lucu, tapi tidak bagiku. Apakah aku normal?

Buku pentingku, hilang, karena kecerobohanku, ku letakkan di sembarang tempat, dan tidak sampai 1 menit aku melupakannya. Rasanya aku ingin menghancurkan kepalaku. Mengapa buku itu yang harus menjadi korban kecerobohanku? Kenapa buku itu? Buku yang berisikan catatan-catatan tugas sekolah, tugas rumah, dan………... tugasku untuk menjemputnya.
“jaeri-ah! Ada apa? Tdk byasanya kmu bgini” hyunji dan yeonha datang menghampiri ku ketika ia menyadari aku sedang murung, “aniyo” jawabku singkat. “jika kamu punya masalah, bicaralah dngan kita” kata yeonha sambil duduk di bangku di sebelahku. “aku bingung.. sangat bingung” kataku tanpa menatap dua temanku itu, dan tatapan mereka kini fokus melihatku “ada apa?” Tanya hyunji, “catatanku hilang, aku tidak ingat smwa tugas, hari,dan tempat yg harus kuingat, dan itu penting bagiku.. aku sudah mencarinya di seluruh ruangan di rumahku, tapi tdk ada selembar pun yg kutemukan” sekarang matuku sembab, perlahan-lahan sebulir air mata mulai menetes dari mataku, aku menundukkan kepalaku mencoba agar mereka tdk melihatku menangis. “sabarlah, kami pasti akan membantumu mencari catatan itu” janji yeonha, dan hyunji mengangguk pertanda setuju.

***
Aku duduk termenung di ruang tamu, memikirkan dimana tempat catatan itu berada, aku terkejut ketika mendengar ketukan pintu. “anyeong, ada orang?” suara hyunji di balik pintu “ne!” teriakku, kubuka pintu itu, kedua temanku dan 3 namja yang tidak asing bagiku “ jaejoong oppa, jinki oppa, yoochun oppa! Kalian datang juga?” kataku menatap mereka satu persatu “ne, kta hyunji dan yeonha kamu sedang kehilangan sesuatu, dan mereka ingin kami ikut mencarinya” aku langsung menatap kedua temanku dengan mata sinis “mian” kata yeonha, hyunji tersenyum aneh. “gomawo udah mau datang kesini” aku mempersilahkan mereka masuk.

Kami pun mencari catatan itu, dan selama 1 jam mencari tidak satupun dari kami menemukan catatan itu. “bagai mana ini…” kataku mulai lesu, “memang ada apa di dalam catatan itu?” Tanya yoochun oppa yang mulai mendekat ke arahku, “tugas2 yang harus kukerjakan” air mataku mulai menetes lagi, yoochun oppa yang melihatku langsung melebarkan tangannya dan mempersilahkanku untuk bersandar di tubuhnya, aku yang sudah tidak tahan untuk meluapkan air mata ini mengambil kesempatan itu. “seberapa penting catatan itu?” yoochun oppa mengelus rambutku, “sangat penting”.

Langit cerah mengobarkan api semangat kini menjadi langit sore dengan angin yang lembut membelai, aku ingat suasana ini, ketika aku dan ‘dia’ mulai berpisah di tempat itu. Kini kami tidak tau harus bagai mana, aku duduk di sofa tanpa tau apa lagi yang harus kuperbuat, “jaeri-ah.. jangan melamun terus, kita masih bersamamu di sini” yeonha memegang pundakku seraya duduk di sebelahku. Aku tetap diam. “bagaimana kalau skarang kita semua istirahat di sini? Kita temani jaeri” kata hyunji, ke-3 namja mengangguk setuju. Tapi aku tak menghiraukannya dan air mataku tak kunjung berhenti.

“jaeri-ah.. kau sangat cengeng” gumam yoochun oppa, semua kecuali aku menoleh ke arah yoochun oppa dan heran akan kata2nya yang bisa menyakiti hatiku. Aku ikut menoleh dan menampakkan wajah heran padanya “seberapa pun pentingnya catatan itu, tidak ada gunanya menangis, kadang kala kehilangan sesuatu itu adalah kebahagiaan yang nanti akan kau temukan” yoochun oppa meyakinkanku. “apa maksud mu ‘kehilangan sesuatu adalah kebagiaan’?” tanyaku berharap yoochun oppa akan menjawabnya, “nanti kau juga tahu” jawabnya cuek. “sudahlah.. jaejoong, jinki, ayo kita pulang” suruhnya, “hey tunggu bagaimana dengan jaeri??” desak hyunji pada ke-3 namja itu, “biarkan saja, biarkan dia menyadari perbuatannya yang sia-sia itu “

Entah berapa lama catatan itu akan hilang, entah berapa lama aku akan melupakan ‘dia’. Sekarang hidupku tidak lagi bergantung dengan catatan itu, buku tipis berwarna coklat keemasan yang kudapatkan darinya, hilang. Dan kini masalah baru muncul, kenapa yoochun oppa kelihatan sangat marah? Apakah aku terlalu berlebihan? Bukankah dia tau aku sedang menunggu seseorang dan bukannya dia tau siapa itu?, tapi kenapa dia terlihat marah? Banyak pertanyaan yang terbayang-bayang di kepalaku tentang yoochun oppa yang akhir2 ini aneh. Jika di kelas aku sedang termenung, dia tidak ingin dekat2 denganku, sepertinya dia tau apa yang aku pikirkan jikala aku termenung.

***

2 minggu telah berlalu aku mulai melupakan catatan itu, waktu yang sangat cepat untuk melupakan semuanya, tapi aku masih ingat dia. Kini aku sudah punya buku baru yang diberikan hyunji ketika aku ulang tahun sebagai catatan sehari-hariku, dan aku kembali dekat dengan yoochun oppa, bahkan sangat dekat.

Sore tiba pulang dari sekolah, melelahkan. Aku duduk di kasurku yang empuk, aku melihat bingkai foto diatas meja sebelah kasur, kosong, bingung untuk mengisi foto siapa. Aku berbaring terlentang di kasur, membayangkan langit2 kamar ini menjadi layar kenanganku dengan dia. Entah ada apa dengan kepalaku, kenangan yang sangat dirindukan tidak pernah hilang atau terlupakan, tapi jika sudah berurusan dengan angka dan sesuatu yang sangat sederhana akan terlupakan begitu saja dengan cepat.

Aku ingin cepat2 tidur, tapi mataku tak kunjung menutup. Aku memaksakannya untuk tertutup, tapi ketukan pintu membuatnya terbuka lagi. Aku berjalan meronta-ronta malas ke depan pintu. Ketika kubuka, yoochun oppa berdiri di sana. “oppa? Mau apa?” kataku yang semakin lama semakin lelah, “aku ingin berbicara padamu, boleh?” katanya memohon. “masuklah” yoochun oppa masuk melewatiku dan duduk di sofa. “di rumah ini tidak ada siapa2, sepi ya?” gumamnya sambil menoleh ke segala arah, aku tahu dia sudah tau bahwa aku memang tinggal sendiri, jadi tidak kujawab, “pasti akan seru jika ada yang menemanimu di sini” dia menjawab pertanyaannya sendiri dihiasi senyuman dimukanya. “oppa tidak usah menggombal, aku tau kamu pasti ingin main kesini ‘kan?” kataku cetus, dan dia tertawa “tau saja, aku juga bosan di apartemenku, jadi aku main kesini” aku tau dia pasti memulai pembicaraan dengan basi basi terlebih dahulu, sudah biasa, tapi aku suka dia yang seperti itu.

“oppa! Sudah jam 8 malam, apa oppa tidak apa-apa?” tanyaku tanpa menoleh ke wajahnya dan aku terus memandang ke depan tv, kami sedang bermain plastation, “tidak usah khawatir” dia meneruskan permainannya. “tapi bagaimana dengan adikmu?” aku bertanya soal jinki “dia akan baik-baik saja, dia kan tidak cengeng sepertimu” katanya mengejekku, dan kubalas dengan cubitan di lengannya, dan kami tertawa bersama.

“jaeri-ah.. oppa pulang dulu ya! Tidur lah yang nyenyak, aku akan meninggalkanmu sendiri di sini, jangan cengeng ya!” ejeknya, “ya!! kalau mau pulang, pulang saja, jangan mengejekku!!” kataku berontak. Dia melambaikan tangan dan melepas senyumannya tanda perpisahan, dan aku membalasnya. Sekarang aku menuju kasurku kembali, huft, menyenangkan sekali bermain dengan yoochun oppa. Dan kini aku bisa tertidur pulas.

Dimana ini? sepertinya aku sedang bermimpi..
Aku melihat dia, ‘dia yang telah kutunggu’, menggandeng perempuan lain, janji kami nampak dihiraukannya. Aku mencoba mendekatinya, dan dia menyadarinya, dia menoleh padaku dan tersenyum bahagia, langkahku tertahan ketika perempuan itu menoleh juga, aku kenal wajah itu, apakah mungkin? Aku menarik tangan dia yang kutunggu, tapi nampaknya dia lebih memilih bersama perempuan itu. Hatiku hancur. 5 tahun menunggunya, dan dia datang, datang dengan perempuan lain. Janji-janji waktu itu hanyalah omong kosong.

Aku terbangun dari tidurku, seperinya mimpi buruk. Dan aku kelelahan, terengah-engah, apakah ini hanya mimpi ataukah firasat buruk yang nantinya akan terjadi. Aku tidak tahu. Aku melihat jam beker di meja sebelah kasurku, jam menunjukkan angka 02:14, masih pagi, aku kembali tidur dan berharap tidak mimpi buruk lagi.
Pagi ini burung bersiul merdu menandakan pagi yang cerah, semoga saja hari ini adalah hari yang indah.
Seperti biasa jam 6 lewat 30 menit berangkat ke sekolah. Di luar terdengar suara klakson, yoochun oppa menjemputku, tidak biasanya ia seperti ini. aku keluar menyambutnya. “pagi yang cerah bukan?” basa basi yoochun oppa mulai terdengar “iya, terserah kau saja lah” kataku pasrah, dan dia tertawa, “apa yang lucu??” pekikan tertawanya semakin keras membuatku jengkel “lihat hidungmu, hidungmu sangaaaat indah seperti pagi ini” ternyata di hidungku ada sebutir nasi, dan aku cepat2 menghilangkannya agar yoochun oppa tidak mentertawakan aku lebih lama “ya!!! Itu tidak lucu!!” bentakku, yoochun oppa langsung menahan tawanya “mianhae yo, aku takut nanti kamu nangis, kamu kan cengeng” tak bosan2nya dia mengejekku, aku langsung menyodorkan kepalan tanganku, dan ia tertawa lagi. ”ayo naik!” ia menepuk jok motor bagian belakang. Dan aku menurutinya.


Diperjalanan kami berbicara banyak hal, “tadi malam seru ya!” kata yoochun oppa tanpa menatapku dan tetap ke arah depan, ”tadi malam? Memang ada apa?” lagi-lagi aku melupakannya, “pasti kau tidak ingat, hoah, susah juga ya punya teman seperti ini, cengeng pula” aku memukul punggungnya, “Au!! Sakit”. Tapi ketika dia berkata ‘cengeng’ aku baru ingat, tadi malam kami bercanda ria. “oh ya! Aku baru ingat, kemarin memang sangat seru! Haha aku telat ya” aku tertawa kecil, dan aku menyadari yoochun oppa melihatku tertawa di kaca spion, dan dia tersenyum. Tawaku berubah menjadi malu, aku jadi bingung, jarang sekali dia seperti itu.

***

“Hyuung!!!! Pantas saja kau meninggalkan ku! Ternyata kau ingin bersama jaeri, dasar!!” teriak jinki ketika kami sampai di gerbang sekolah, di sana juga ada hyunji dan teman baruku, seo eunmi. Hyunji tersenyum melihatku bersama yoochun oppa, “wae?” tanyaku pada hyunji, “aniyo, tidak ada apa-apa” aku bingung, ada yang salah jika aku bersama yoochun oppa? ”hahaha.. kamu kan sudah besar, jinki” yoochun menggoda jinki “yayaya.. hyung juga sudah BESAR ‘kan??” kata jinki jengkel, “jinki-ah.. memang ada apa?” tanyaku bingung melihat dia marah pada yoochun oppa, “biasanya, aku dan hyung berangkat bersama, tapi hari ini aku ditinggal begitu saja!! “ bentak jinki dan mengarahkan muka ke yoochun oppa “bwo? Kau meninggalkan jinki untuk menjemputku? Yoochun-ah nomu pabo” kini bukan hanya jinki yang marah, aku ikut marah “hahaha, mian hae yo!” yoochun oppa tertawa “PABO!!” kataku dan jinki serempak. Hyunji dan eunmi hanya tertawa.

***

Ketika bel sokolah usai berbunyi, aku pulang tidak bersama hyunji dan yeonha, atau pun eunmi, arah pulang kami berbeda, sedangkan yoochun oppa dan jaejoong oppa mereka sedang rapat osis, dan jinki sudah pulang terlebih dulu. Aku menuju halte bus dekat sekolah, duduk dan melamun. Beberapa menit kemudian bus datang, aku cepat2 berdiri dan mengambil tasku yang kutaruh di kursi. Aku cepat2 masuk. Ketika di depan pintu bus, aku berpapasan dengan seorang gadis berambut panjang, berkulit putih dan cantik, melihatnya sepertinya aku pernah kenal, tapi siapa?
Aku mengambil tempat duduk yang dekat dengan jendela yang mengarah ke halte bus, dan aku memandang perempuan itu, sepertinya aku kenal muka itu. Lagi-lagi aku lupa.

Sesampainya di rumah, aku sudah lupa gadis itu, dan entah kenapa aku benar2 sudah lupa dengan wajah ‘dia yang kutunggu’, kini yang paling kuingat adalah wajah yoochun oppa yang sering mengjekku itu. Hoeks. Sangat memuakkan, tapi entah apa yang terjadi padaku, yoochun terlihat keren ketika tertawa. Saat aku sedang membayangkan wajah yoochun yang konyol, telepon genggamku berbunyi. yeonha menghubungiku. “yoboseyo, jaeri imikka?” suara eunmi terdengar nyaring diseberang telepon, ”wae? Apa jaejoong oppa usil lagi?” Tanyaku spontan, jaejoong oppa adalah sepupuku, dia sering sekali menggoda yeongha untuk hal apapun, dan karena itu yoochun oppa kenal aku. “aniyo, jaejoong oppa menyuruhku menyampaikan sesuatu padamu” gumamnya, jaejoong oppa? Biasanya dia tidak terlalu mementingkan aku? Justru yoochun oppa yang sering memerhatikanku, “katanya, seonghyun oppa akan datang besok sore, dan jaejoong oppa menyuruh kau datang” katanya dengan nada sedikit bingung, seonghyun? Siapa ya? aku lupa.

Sejak itu, malam ini aku tidak bisa tidur, terus memikirkan siapa orang bernama seonghyun itu, apa aku mengenalnya? Tapi mengapa jaejoong oppa memintaku untuk datang? Dan aku mencoba mengingatnya lebih dalam.. seonghyun.. aargh.. rasanya aku ingin mengganti otakku yang rongsokan ini dengan otak baru yang bisa mengingat banyak hal dan tak pernah lupa. Aku terus memikirkannya hingga akhirnya aku tertidur.
Pagi ini hujan dan dingin, ketika aku bangun aku merasa tidak baik. Aku sakit, dan hari ini aku tidak bisa masuk sekolah. Tapi tidak kah kau rasakan, dirumah, sendirian, itu sangat bosan. Coba saja ada yoochun oppa, aku tidak akan bosan, atau hyunji, yeonha dan eunmi. Jaejoong oppa juga tidak apa, tapi nanti yeonha cemburu.

Aku tertidur hingga hari telah sore, seluruh badanku terasa pegal, dan demam yang kurasakan semakin lama semakin panas, dan aku sangat lapar. Sulit untuk berdiri, tidak ada yang bisa diminta bantuannya.
Ketika aku sedang berusaha bangun dari baringanku, ketukan pintu mengagetkanku, dan terdengar teriakkan yoochun oppa memanggil “jaeri-ah!” dari suaranya dia seperti orang yang sedang di kejar2 sesuatu. “ya!! masuk saja tidak di kunci!!” kataku yang mulai kesal mendengar ketukan yang berisik itu.
Yoochun oppa pun membuka pintu, dan melihatku terbaring tak berdaya dikasur, wajahku merah dan berkeringat. “jaeri-ah.. kau tidak apa2??” katanya berlebihan, “basa-basi lg, sudah tahu aku begini, masih dibilang tdk apa2” kataku mencairkan suasana, “tapi kau terlihat sangat parah” nampaknya yoochun oppa tdk sedang ingin bercanda.

“mmm.. jaeri-ah..” yoochun oppa berbicara di sebelahku, “aku ingin berbicara sesuatu” katanya nampak gugup, “wea?” aku jadi sedikit sehat karena telah dibantu yoochun oppa untuk mengompresku, dan aku sangat berterimakasih padanya, aku sangat mencintainya. “soal ini…” ia menunjukkan sebuah buku, buku yang membuatku menangis seharian, buku yang selalu kutangisi, buku yang telah hilang sejak beberapa minggu yang lalu, buku yang mengingatkanku banyak hal, aku sunggu terkejut melihatnya dan sangat gembira “oppa!! Kau sudah menemukannya?? Kapan dan dimana??” kataku sambil merebut buku coklat itu. “tidak” katanya singkat, aku menatap matanya dalam2, ada sesuatu yang ia ingin katakan.


“aku sengaja menyembunyikannya” ucap yoochun oppa, aku terkejut bukan main, aku mendorong yoochun oppa jatuh dari kasur yang tadinya ia duduki, dia terjatuh dilantai, “kenapa????” kataku mulai meneteskan air mata, “kau menyiksa diriku, aku tidak bisa mengingat semua yang harusnya aku sudah ingat sejak dulu, kau itu.. bilang bahwa aku cengeng, pantas saja, karna memang kamu kan yg menyembunyikannya, mencoba membuatku untuk melupakan buku ini… kau.. leterlaluan” gumamku dengan nada yang tak lagi terdengar seperti marah, yang terdengar adalah isak tangis kekecewaanku, aku yang sudah mempercayainya, dan dia yang selalu memerhatikanku, ternyata hanya buaiyan yang ia buat, aku terlalu percaya padanya.

“aku tahu kenapa bukumu itu penting, dan aku tahu kau pasti akan menagis jika tanpa buku itu, tapi..” katanya dengan wajah yang tidak nampak bersalah “PERGI” kataku membentak, apakah yang kulakukan sangat keterlaluan? Kurasa tidak.
Yoochun oppa keluar dari rumah, dan beberapa menit kemudian dia mengirim pesan di telpon genggamku.

-Yoochun to jaeri-
Maafkan aku… kulakukan yang terbaik untukmu

Menurutku dia begitu aneh, aku tidak tahu apa yang ia pikirkan sekarang. Kemudian kubalas singkat,

-jaeri to Yoochun-
Bohong

Dan 2 pesan balasan dari yoochun oppa

-yoochun to jaeri-
When you try your best, but you don't succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can't sleep
Stuck in reverse

And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone, but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

And high up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Tears stream down your face
When you lose something you cannot replace
Tears stream down your face
And I...

Tears stream down on your face
I promise you I will learn from my mistakes
Tears stream down your face
And I...

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Menbacanya, membuatku semakin percaya padanya, tapi itu semua membuatku bingung, dan aku bingung dengan kalimat When you get what you want, but not what you need, ketika kau mendapatkan yang kau inginkan, tapi bukan apa yang kau butuhkan. Apakah tidak pantas untukku mendapatkan buku ini kembali? Apakah seharusnya buku ini tetap hilang? Yoochun oppa… mengapa pikiranmu begitu sulit untuk kutebak.

Hari hampir gelap, sore ini, sepertinya aku melupakan sesuatu, sesuatu yang mendorongku untuk keluar rumah, tapi mengapa sampai sekarang aku tidak keluar? Lagi2 lupa. Sudahlah lupakan saja, aku akan selalu lupa jika tidak satu pun orang atau sesuatu yang bisa mengingatkanku. Aku memandang ke buku coklat keemasan yang kueratkan di tangan, disampulnya ada bekas tetesan air mata yang tadi kukeluarkan di depan yoochun oppa. Kubuka buku itu perlahan, dan aku ingat sesuatu, aku harus menjemput seseorang, yang sering kali hanya kusebut dengan ‘dia yang kutunggu’, apa karena aku sering menyebutnya seperti itu sehingga aku tak dapat mengingat namanya. Kubuka halaman yang memuat perjanjian itu,


14 February 2007,
Menunggu dan menantikannya kembali. Jangan lupa menjemputnya di bandara pukul 6 sore.
-Menjemput seonghyun oppa-

BODOH! Kenapa aku bisa melupakan namanya, seonghyun oppa, dia orang yang penting dalam hidupku. Sungguh keterlaluan, sebenarnya apa sih yang kuingat sekarang selain dia? Yoochun oppa!? Ommo, ida hanya penggangu yang sering mengejekku. Dan sekarang harusnya aku sudah ada di bandara, pantas saja jaejoong oppa menyuruhku untuk datang! Pabo-ya!

Jam 05:55! Dan butuh 10 menit untuk menuju bandara, dan bodohnya lagi aku melupakan arah perjalanan menuju bandara. Siapa yang bisa kuminta bantuan?? Jaejoong oppa! Aku langsung merogoh telpon genggamku di kantung celana, dan menuju phone book mencari nama ‘JJ cousin’. Ketika kutelepon, dan tersambung, “jaejoong-ah! Bisakah kau mengantarku??” kataku terburu2, “bo? Kemana??” Tanya jaejoong padaku dengan nada terburu2 mengikutiku. Namun sebelum aku sempat menjawabnya, telpon genggamku berbunyi dan tertulis di layar ‘Low battery’ , betapa tidak beruntungnya aku hari ini.

Bagaimana ini? sudah jam 06:00.. siapa lagi yang dapat membantuku?? Aish! Aku benar2 memang pelupa atau memang bodoh? Aku ‘kan punya uang, memangapa aku tidak naik taksi saja??

***

Aku berlari menuju ruang tunggu sekuat tenaga, berlari tanpa lelah, seolah-olah dia telah benar2 menungguku lama. Dengan terengah-engah, aku melihat seseorang yang tak jauh di depanku, menghadap ke belakang, dengan koper di sampingnya, dan menggenggam telpon genggam yang tertempel di telinganya, ia sedang menelpon seseorang. Semoga itu dia, seonghyun oppa. Dengan napasku yang senakin lama semakin tak beraturan, memanggil napanya “seonghyun oppa!!” orang itu, yang sedang menelpon itu, dia menoleh, seonghyu oppa, ia tersenyum kaget melihatku. Rasanya aku sangat bahagia telah melihat wajahnya kembali.

“sudah lama menunggu?” kataku gugup, “tidak juga, aku juga baru datang” dia tersenyum, anehnya kenapa senyumannya itu biasa di mataku, tidak membuatku berdebar.
Ketika itu, jaejoong oppa, yeonha, jinki, hyunji, eunmi dan 'teman lelakinya' jiyoung datang menghampiri, dan tidak ada yoochun oppa di san.
Jaejoong oppa melihat kearahku “apa kah kau sudah bertemu junri?” ketika itu aku hanya memikirkan yoochun oppa, sehingga tidak berfikir banyak “tidak, siapa itu?” dan saat itu suja seorang perempuan berambut panjang lurus dengan dress yang indah dikenakannya.

Dan sepertinya dia wanita yang kukenal.
“jaeri!!” pekik wanita itu ketika meliahatku, aku yang mengenali wajahnya dengan rambut yang di ikat di belakang, namun tak tahu siapa hanya bisa diam dihiasi senyum meragukan . “jaeri-ah~ masih kenal denganku? Aku Junri! Park junri!” dia meyakinkanku. Junri? Aa.. sekarang aku ingat, dulu dia sahabatku selain yeonha dan hyunji, pantas saja jaejoong oppa ingin aku datang kesini, tidak hanya untuk bertemu seongyhyun, tp dia jg. “oh, ya! apa kabar? Apakah seru di Canada?” tanyaku rindu, dia dan seonghyun oppa kebetulan sama2 pergi ke Canada, namun yang kubingung, ketika aku melihat catatanku sebelumnya, junri seharusnya sudah pulang setahun yang lalu, tapi mengapa dia datang selama ini dan bersama seonghyun oppa?

“o ya, jaeri-ah, besok disekolah kita akan mengadakan perpisahan kakak kelas kita! Kau ikut kan?” gumam yeonha, benar juga, yoochun oppa dan jaejoong oppa telah menyelesaikan ujian kelulusan mereka, “oh.. tentu” kataku sedikit gemetar, berarti aku tidak akan bisa lebih lama bersama dengan yoochun oppa.

“jaeri-ah, besok lusa aku juga akan mengadakan pertunangan!” kata junri dengan wajah yang sangat gembira, “oh ya?? dengan siapa? Aku pasti diundang ‘kan?” kataku penasaran, hebat juga dia, habis dari Canada sudah dapat pasangan buat bertunangan, “hehe, tentu akan kuundang, biar lebih seru, kau datang saja besok lusa.. oke??” junri berhasil membuatku penasaran, “aiishh.. dengan siapa junrii!” kataku membentak, dan dia hanya tersenyum mencurigakan, sepertinya dia sangat senang sekali. Setelah itu aku berpaling ke arah seonghyun oppa “oppa, bagai mana di Canada? Dapat teman baru?” kataku memulai percakapan, “di sana seru sekali, lain kali bisa kah kita pergi ke sana bersama?” Tanya seonghyun oppa sambil tersenyum membuatku terpesona, “mungkin, tapi apa mungkin?” kataku ragu, ragu akan hubungan kita yang rasanya semakin lama semakin pudar. Tidak. Aku tidak ingin kehilangan dia, tapi aku juga tidak yakit apakah aku akan selalu bersamanya, aku tidak ingin memilih keputusan dengan cepat, mungkin saja justru dia yang sudah tidak ingin denganku. Jaeri-ah, hilangkan pikiranmu untuk menyerah! Benakku dalam hati.

___________________________________________________________


Hari ini, hari penting bagi yoochun oppa dan jaejoong oppa, hari dimana aku dan mereka akan lebih terpisah jauh, akan selalu membuatku rindu. Apakah nanti aku akan bertemu yoochun oppa di acara itu? Sudah lama aku tidak melihat mukanya lagi, benarkah sudah lama? Tidak juga, tapi hanya dalam hitungan hari saja, dia sudah berhasil membuatku rindu padanya. Jaeri-ah.. sebenarnya ada apa didalam otak rongsokanmu ini?

Ketukan pintu memanggil, ada orang di seberang sana, sebelum ku buka, aku melihatnya di balik jendela, seonghyun oppa. Aku cepat-cepat membuka pintuku yang terkunci itu, dan melihat wajah dia yang sudah lama tak ku jumpai. “seonghyun oppa? Ada apa?” kataku penasaran, dan dalam benakku drum berbunyi menggebu-gebu tanda bahwa aku sangat senang dia berada di sini “aku hanya ingin main, sudah lama aku tidak ke sini, tidak berubah ya” jawabnya, suaranya membuatku berdebar, seperti orang lain saja, “boleh! Silahkan masuk!” rasanya aku terlalu berlebihan. Ku rasa aku memang terlalu berkebihan, menganggap dia masih mengingatku sepenuhnya, aku sendiri saja sudah lupa kenangan2 bersamanya.
“jaeri-ah.. aku ingin mengatakan sesuatu…” katanya sedikit gemetar, “mengatakan apa?” aku mulai penasaran, akhirnya aku melihat wajahnya dari dekat, sungguh degdegan. Mulutnya ingin mengatakan sesuatu, aku sangat suak bibirnya, tipis dan ketika bergerak sangat lucu, “tapi sebelumnya aku minta maaf, mianhae yo” ucapnya lagi membuatku penasaran, dan aku mengangguk. Dan iya pun akhirnya berkata “aku akan bertunangan dgn junri” aku terpanah, bukan terpanah terpesona, hatiku tertusuk panah, hatiku hancur berantakan. Aku tidak bisa berkata apa2, dan air mataku tidak ada yang keluar sedikit pun. Seonghyun menyadari keterpurukanku, dia pun meninggalkanku sendiri,dia pergi. Dan ketika dia pergi mataku baru saja mengeluarkan satu butir air, dan berlanjut butir2 lainnya.


Aku menangis. Lagi. Tapi air mataku ini tidak sebanyak ketika aku berpisah dengannya, dan aku tahu dari awal seharusnya aku tidak berpikir berlebihan, tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengubah semuanya, aku takut dengan kenyataan ini. seonghyun oppa akan bertunangan dengan junri, sahabatku sendiri. Ayolah jaeri.. tegarkan hatimu.
Air mata ini tak kunjung berhenti, nampaknya dia melukai hatiku terlalu dalam. Bayangkan saja, orang yang kau sayangi, pergi 5 tahun lamanya, aku yang telah merindukannya selama 5 tahun dan berharap janjiku tidak akan pudar, aku yang mencoba menjaga agar aku tetap mengingat dia meski pun aku yang tidak normal ini sering sekali lupa, meskipun aku lupa namanya, meskipun aku lupa kapan dia akan pulang, tapi aku berusaha agar aku tidak lupa dengan kasih sayangnya. Aku memang sangat menyedihkan.

Kini jam menunjukkan pukul 7 sore, maaf kan aku yoochun oppa, aku tidak bisa datang ke perpisahanmu, maaf jika aku telah menyakitimu, maaf jika aku membentakmu dan menuduhmu bahwa kau yang salah, kekeluhan ini, apakah kau bisa mendengarnya. Yoochun oppa, benarkah kau ingin membantuku? Jika iya, datanglah sekarang juga.

Waktu telah berlarut malam, dan bodohnya aku tetap menunggu yoochun oppa untuk datang. Aku merindukannya. Cara tertawanya, cara mengejeknya, cara dia berbicara, dan wajahnya ketika tersenyum.

____________________________________________________________


Matahari bersinar indah, kemilau cahayanya membangunkanku. Aku begitu bodoh, tadi malam aku tidak tidur. Oh tidak… kenapa aku justru ingat hari ini, hari pertunangan seonghyun oppa dengan junri. Aku kan pengganggu, buat apa aku di undang. Oh ya.. aku lupa, junri tidak tahu apa hubunganku dengan seonghyun, yang tahu justru hanya jaejoong oppa dan yoochun oppa, sahabatku yang lain tidak tahu.
Aku gila. Keputusanku yang membuatku gila, aku akan datang ke pesta pertunangan itu, dan aku berharap aku akan tetap tenang. Dan harapan itu kalah dengan kesedihanku.

Ketika sampai di tempat itu, aku melihat junri berpakaian sangaat cantik, dan kunciran rambutnya dilepas. Dan aku teringat sesuatu, dia itu perempuan yang kutemui di halte bus, wanita cantik itu. Dia berjalan bergandengan tang dengan seonghyun, mereka saling memandang dan saling memberikan senyuman. Sudahlah.. hatiku sudah mulai teriris. Aku melihat hyunji bersama dengan jinki, jinki memeluk hyunji dari belakang dan kepalanya bersandar di bahu hyunji, hyunji yang menyadarinya memberi kecupan di pipi jinki, mereka begitu bahagia. Ku lihat ke arah lain, yeonha dan jaejoong oppa berdansa, jaaejoong memegang pinggang yeonha, dan yeonha memeluk lehernya, mereka juga bahagia. Melihat teman baruku, kini ia telah bersama wakil ketua osis, jiyong oppa, eunmi memeluknya dan bersandar di tubuhnya, jiyoung menerimanya dengan senyuman manis kembali memeluknya, dan mencium ubun2nya, mereka begitu bahagia. Sedangkan aku, dengan siapa? Seonghyun oppa berpaling. Tidak. Aku sudah tidak kuat lagi, aku harus pergi dari tempat ini sebelum aku mengacaukan semuanya. Aku berjalan keluar ruangan untuk pulang. Menangis kembali. Dasar cengeng.


Malam itu sudah ingin kulupakan. Tapi pikiran itu justru semakin menghantuiku, aku sangat kecewa pada semuanya, semua yang kuperbuat. Semua yang telah otakku lakukan. Aku ingin semua ini cepat berlalu, tapi justru otakku malah mengingatkan. Aku benci aku yang seperti ini. aku terlalu lelah untuk memikirkan nya dan ingin tidur. Tapi tidak bisa. Kemarin aku sudah tidak tidur, ayolah mata, tutup saja dan lupakan semuanya. Tapi itu semua percuma. Aku memikirkan itu hingga matahari kembali muncul. Dasar bodoh.

Aku melamun lagi, memikirkan ketika seonghyun oppa sedang berjalan bersama junri, melihat mereka tersenyum bahagia, melihat mereka tertawa bersama, dan aku datang sebagai pengganggu, aku di hilangkan dari kehidupan mereka, cerita yang sangat mengharukan. Tapi mungkin itu pantas untukku.
Lagi2 menangis.

Tiba2 pintu rumahku berbunyi tertanda ketukan seseorang, aku yang sedang sedih tidak berfikir panjang, aku langsung membuka pintu tanpa melihat siapa yang datang. Pintu terbuka, yoochun oppa datang, entah apa yang kupikirkan, tapi aku senang ketika melihatnya, aku rindu padanya. Matanya sangat tajam dan serius, apakah itu benar-benar mata seorang yoochun yang sering bercanda denganku? Yang sering tertawa denganku? Aku tidak yakin.

“jaeri-ah.. maafkan aku, jika aku menyakitimu, kau bisa membalasnya sekarang” yoochun oppa duduk disebelahku, “tidak oppa, gomawo, itu yang harus kukatakan” kataku menunduk, menutupi rasa sedih dan maluku, “ada apa? Kau menangis lagi?” kata yoochun, dan aku mengangguk. Aku berharap dia mengejekku ‘cengeng’ untuk mencairkan suasana, suasana seperti ini yang tidak kusuka.
“menangislah” kata itu yang terucap dari bibir yoochun oppa, tidak habis fikir, aku yang justru berharap dia akan menghentikan tangisanku, justru dia malah menyuruhku untuk menangis, dan aku tetap tidak berani memandang wajahnya.

Yoochun oppa menghelus rambutku dengan lembut, dan mengangkat daguku, dan dia memandang mataku yang sembab. “aku tahu kau pasti sakit, karena kau juga membuatku seprti itu” katanya, aku mewujudkan wajah heranku padanya, dan dia menyadarinya “dulu, ketika kau tak bersama seonghyun, aku selalu mengamatimu, hingga akhirnya berkenalan denganmu, berharap perasaanku ini juga ada pada dirimu, tp nyatanya kau lebih suka dengan seonghyun, sahabatku sendiri” katanya menyentuh, aku yang mendengarnya merasakan apa yang ia rasakan, dan juga sungguh mengagetkan, “mianhae yo, selama ini telah membuatmu sedih, dan sebenarnya aku sudah tahu bahwa seonghyun akan bertunangan, tp aku tidak berani berkata padamu, hatimu pasti akan sakit”
Kata-katanya membuat kesunyian yang lama menyusul kemudian.
“yoochun oppa, ajarkan aku bahasa inggris” kataku mengalihkan topik pembicaraan tadi, tapi mataku masih meneteskan air. Yoochun oppa melihatku, dia tersenyum, dia memegang tanganku, lembut dan begitu erat.

“tolong artikan ini untukku” suruh yoochun oppa dan dia melanjutkan kata2nya
“When the morning breaks i'll awake and then i won't want you to go
And when you're gone i'll hold on to the memory all day
And baby when the sun comes up
So listen here now i know you've been hurt by the one before i know your pain
And i know you never thought you could love again but i know the way
And i know about your circumstance but love is here at a 2nd chance so take my hand and follow me you'll never wanna leave”

Aku terpaku dengan kata-katanya, dia memang pintar bahasa inggris. Dan satu lagi, dia benar-benar pintar membuatku jatuh hati.

“jaeri-ah… mianhae yo, untuk kedepannya, mau kah kau bersamaku?”

“yoochun oppa… mianhae yo, untuk kedepannya, we will always together”

Dan ketika itu, aku jatuh terbaring tidur di pangkuan yoochun oppa. Lelah. Sudah dua hari aku tidak tidur, tapi sekarang aku lega, ternyata yoochun oppa menyayangiku. Aku sudah tidak dapat melihat apa-apa. Aku sudah terlelap dalam tidurku, dan aku merasakan pangkuan yoochun oppa, membuatku semakin nyaman.

Aku terbangun dari tidurku yang nyaman, aku telah tertidur di kasurku, rapi dengan selimut yang menyelimutiku, aku mengubah posisiku menjadi duduk, terlihat disebelahku, yoochun oppa duduk di bangku sebelah kasur dan tertidur. Yoochun oppa, kau ternyata bodoh juga ya. “yoochun oppa… sarang hae yo, I love u, forever” kataku dengan suara kecil hampir seperti bisikan. Dan aku bangun dari kasur, berdiri, menuju dapur. “I love u too” belum aku melangkah satu kali pun, terdengar suara dari belakang, ternyata yoochun oppa sejak tadi sudah bangun. Aku berhenti dan menoleh, yoochun oppa tersenyum manis, ia menghampiriku. Dia memelukku erat, dan aku menyambutnya. “akankah kau akan meninggalkanku seperti seonghyun oppa?”

“never”

“apakah kau akan menjaga kepercayaanku padamu?”

“we’ll be together, trust me”


______________________________________________________________


5 tahun kemudian, yoochun telah menjadi menejer di sebuah perusahaan dan aku menjadi penulis ternama. Kini bingkai foto di meja kecilku sudah terisi, fotoku bersama yoochun oppa. Tidak lama setelah aku mengisi foto itu, yoochun mengajakku ke Canada bersama-sama.

Dan aku punya catatan baru di bukuku.
Jum’at, 14 februari
Hari pernikahan aku dan yoochun oppa.

Tidak ada komentar: