ini ff buat teman saya, jd ada nama syifanya.. haha
Title: When a Man Loves a Woman
Cast: Kim Hyunji, Yang Yoseob
Other cast: B2ST, Kwon Jaeri, Lee Sunmin
Genre: gatau -___- mungkin comedy-romance
-------------
Pagi ini sangat indah, tapi hari ini tidak seindah pagi ini, setidaknya masih seperti kemarin. Penderitaanku selalu bermula di pagi hari saat memasuki gerbang sekolah. Mungkin sedikit mengecewakan bila aku berkata ini adalah salah Yang Yoseob, namjachinguku sendiri. Tak dipungkiri memang akulah yang menjadi korban ketenarannya, hingga detik ini aku masih merahasiakan penderitaanku padanya.
Keseharianku disekolah hanya untuk ditindas oleh yeoja2 yang termasuk penggemar Yoseob, dan Yoseob sendiri hanya tahu kalau aku dihina-hina saja, padahal lebih dari itu. Aku pernah melawan mereka, tapi itu justru menjadi mimpi burukku. Aku difitnah bahwa aku seorang gadis malam yang selalu mencari mangsa usai sekolah, dan dikabarkan aku telah mengandung anak dari bapak yang tidak jelas. Tapi aku masih beruntung, Yoseob membelaku dan aku selamat dari pengeluaranku dari sekolah. tapi karena pembelaannya, cacian dan makian semakin banyak terlontar padaku, seobi.. aku tidak tahan dengan semua ini.
“Hai perempuan payah! masih berani masuk ya? kukira hantaman tanganku sudah membuatmu kapok” ah, kata2 itu hanya keluar di mulut yeoja2 sampah seperti dia, seorang yeoja yang sedikit tua dariku, atau mungkin sangat tua seperti nenek lampir, dia yang paling sering menghina dan menyakitiku, bahkan aku sendiri tidak tahu namanya. Dan hanya inilah yang biasa merasuk kedalam otak melebihi pelajaran-pelajaran yang kudapatkan disini.
”ya! Hyunji!” pekikan seseorang yang tak asing di beakangku terdengar begitu merdu dan membuat hatiku tak lagi terasa terluka, “yoseob? kau dari mana saja, katanya mau berangkat bersama, tapi tadi kau tidak menjemputku dirumah, jadi aku berangkat sendiri” ucapku sambil tersenyum padanya, dan dia tertawa “tadi aku bangun sedikit telat karena kemarin harus siaran radio malam-malam, maaf ya yeojachinguku” katanya tersenyum sangat lebar membuatku tertawa, “yasudah, ayo masuk, kita sudah telat”
Kami satu kelas, dan kami juga satu kelas dengan yeoja busuk itu. Ketika kami masuk secara bersamaan, muka jelek yeoja busuk itu mengkerut seba, haha, entah kenapa aku begitu senang melihat mukanya jelek seperti itu.
ketika aku duduk aku terbawa pikiran, aku memikirkan akan seperti apa lagi siksaan untukku hari ini, mungkin coretan di loker akan semakin bertambah. Setiap hari lokerku dicoret oleh penggemar2 yoseob yang tidak menyukaiku, tak jarang mereka menaruh kotoran disana.
”hyunji-ah! kenapa melamun seperti itu? kau memikirkanku ya?? aih jadi malu” katanya tertawa, “apa sih, bukan urusanmu” aku suka kesal melihat yoseob saat aku sedang memikirkan penderitaan yang akan kualami, “aduh, jangan seperti itu pada namjachingumu yang ganteng nan keren ini dong” baik, lelucon dia kali ini membuatku kesal, tapi aku berusaha tidak menyakitinya, “iya, maafkan aku ya namjachinguku yang ganteng, keren, imut, dan banyak disukai yeoja2!!” kataku dengan gaya yeoja najis yang sering mengejar2 dia. Dan tidak lama setelah aku berkata seperti itu, tanda bel istirahat berbunyi, aku dan yoseob pergi menuju kantin, dan ketika itu beberapa yeoja yang lebih junior dariku medekati kami dan sedikit berteriak histeris, “Yoseob oppa!! oppa makin keren saja!!” katanya sedikit gugup, menjijikan “ah terima kasih, kalian juga semakin cantik saja!” yoseob memegang pipi salah satu junior itu, dan mereka berteriak senang. Ketika mereka mengalihkan pandangan kearahku, mereka langsung membuang muka, sial, masih kecil saja sudah belagu. “hyunji? kamu kenapa cemberut? cemburu ya? aduh jgn gitu dong” dia terawa dan mencubit pipiku, aku ikut tertawa. Aku tahu dia hanya bercanda, tapi kalu boleh jujur aku memang cemburu, ditambah lagi mereka2 yang menyakitiku.
Kadang aku bingung sebenarnya dia itu benar2 menyukaiku atau tidak, karena sikap dia pada perempuan2 lain sama dengan sikapnya padaku, dan kadang aku suka ragu padanya, apa aku tidak usah mempertahankan hubungan ini.
Sore tiba dimana kebebasanku yang paling utama telah datang, penyiksaan tidak akan datang lagi, kecuai besok. “YA! HYUNJI!” teriak Yoseob di kejauhan dan menghampiriku, “ne?” responku, “nanti jam 4 mau tidak kau ke restoran dekat rumahku? aku ingin membicarakan sesuatu” ajaknya dengan wajah yang tidak ada santai-santainya membuatku tertawa, “oke” singkatku.
Yoseob pergi, yeoja menjengkelkan datang, “hai hyunji!” memanggil namaku dengan nada yang tak enak didengar, “jangan sebut namaku, yeoja gila!” ucapku sedikit kasar, dan dia mengejekku seolah-olah dia takut pada perkataanku, “hei, kan sudah kubilang jangan dekati yoseob lagi, kau punya telinga tidak sih? jangan berlagak didekat yoseob ya, dekat2 lagi!” perkataannya membuatku ingin memkul mulutnya hingga bibirnya tidak lagi merah karena lipstik, akan kubuat bibirnya ungu.
“mungkin seharusnya aku yang biang seperti itu, yoseob yang mengajakku, tapi coba liahat kau.. apa yoseob mau dekat2 kamu?” ledekku, dan aku berhasil membuatnya kesal, “lihat saja nanti, nanti jam empat ketika kau akan berjanjian dengannya, aku akan ada untuk mengacaukan semuanya. Aku akan ajak yoseob kesebuah caffe yg tidak jauh dari restoran itu” tantangnya, “baik” aku dan yeoja menjijikan itu berpisah.
Aku tahu Yoseob pasti tidak akan mengecewakanku. Tapi jika dipikir baik-baik, aku sedikit ragu, apa dia akan datang pada yeoja itu ya? ah, sudahlah, ini mungkin ujian untukku.
Aku telah berada di depan kursi restoran yang dimaksud Yoseob, tapi belum ada tanda2 seobi disini, waktu masih menunjukan jam 03.45 aku berharap dia datang lebih cepat. Menit demi menit telah beralalu , kini waktu telah menunjukan jam 4, tapi yoseob tidak terlihat batang hidungnya. Aku mulai sedikit gelisah, ah, mungkin hanya telat beberapa menit, itukan wajar, dia sibuk.
04.10, yoseob membuatku gila, aku memikirkan yang tidak2, aku membayangkan dia bersama yeoja busuk itu. Tapi apa mungkin Yoseob sejahat itu? bahkan dia dulu yang mengajakku pergi. Atau dia lupa? tidak juga, ingatan dia tajam sekali, sampai sekarang dia masih ingat masa kecilku dengan dia. Yoseob, semoga kau tidak mengecewakanku.
04.15, 5 menit telah berlalu, tidak ada teriakkan “Ya! hyunji!” di dekat sini. Tapi aku sudah muak duduk di sini, mungkin akan kucoba mengecek di caffe tempat yeoja menjijikan itu.
Sampai disebuah caffe dengan tembok kaca besar sehingga terlihat pengunjung2 caffe itu sedang menikmati minuman hidangan yang diberikan pelayan caffe. aku mencari dimana tempat perempuan busuk itu duduk, apa dia bersama yoseob, aku mengintipnya dibalik pohon.
Ada
yoseob ada disana, dan tak sadar air mataku sudah menetes jatuh ke pipiku. Mereka berbicara satu sama lain dengan secangkir coklat panas di musim dingin ini. tertawa bersama, dan yeoja itu menyadari keberadaanku, dia memberikan senyuman terpahit yang pernah kurasakan. sakit. Air mataku semakin deras, dirumah aku hanya tinggal sendiri, ayah dan ibuku pergi keluar negri untuk beberapa tahun, mereka tidak begitu peduli padaku, hanya memberikan uang sekolah dan makanan sehari2 untukku. tapi aku tidak begitu kecewa ketika Yoseob masuk dalam kehidupanku. Tapi mungkin sudah berakhir.
Kepercayaanku dihancurkan olehnya, diabaikan bagai kepingan2 kaca yang tak berguna. Kenapa? kenapa begitu tega padaku, aku sudah berusaha untuk bertahan meskipun aku dihina dan diperlakukan kasar oleh banyak orang karena kau, karena kau Yang Yoseob. kau hebat, sangat hebat, membuatku percaya padamu hingga aku tak berani membicarakan siksaan yang kudapat, itu artinya aku benar2 mempercayaimu kan? tapi apa yang kau perbuat? Aku sudah mempertahankan dan, ah, sudahlah, sepanjang apapun aku mengoceh tidak ada gunanya, toh dia akan tetap seperti itu.
Aku berjalan menuju restauran itu kembali, dan aku bertemu Doojoon, teman baik Yoseob,
“hyunji? kau sedang apa?” tanya doojoon perhatian
“sakit”
“sakit apa? sini biar aku yang membeli obatnya”
“sakit hati”
Doojoon seketika terdiam, “ah, kalau penyakit itu, aku tidak bisa memberikan obatnya, tapi mungkin aku bisa mengurangi rasa sakitnya” dia memberikanku se-cup es krim yang sejak tadi dia bawa, “itu ada dua buat siapa?” tanyaku tanpa merubah muram di wajahku, “ini tadinya untuk sepupu kecilku di rumah, tapi buatmu saja, nanti aku bisa beli lagi” dia menyodorkan eskrim it di depan wajahku, dan aku menerimanya dengan senyuman “gomawo”.
“ngomong2, kau sakit karena Yoseob?” aku hanya bisa mengangguk, “sabar saja, mungkin kau salah paham dengannya, setahuku dia tidak bisa membuat perempuan sakit hati, apa lagi kau, hyunji” hiburnya.
Aku ditemani Doojoon, dan dia menghiburku dengan lawakan yang taktertahankan, rasanya aku mau tertawa sekencang-kencangnya.
Ketika itu sekilas aku mellihat yoseob. dan itu benar2 yoseob. dia melihatku dan Doojoon sedang tertawa.
“yoseob?” kataku sedikit keras dan doojoon ikut menoleh. Tapi nampaknya Yoseob saah paham dengan kedekatan kami, dia pergi begitu saja meninggalkan kami.
“Yoseob!!” teriakku, tapi dia tetap berlari, air mataku kini berjatuhan lagi. Aku bingung apa yang harus kulakukan sekarang. Sepertinya dia tidak lagi suka padaku, kukira dia tidak akan datang. menangis lagi. Aku jatuh begitu saja ditanah, menutup wajahku yang tak bisa menahan rasa sakit ini, air mataku terus mengalir, aku takut, aku takut dia akan meninggalkanku.
kini aku termenung di depan jendela kamarku, ah, seperti sinetron saja, tapi ini membuatku nyaman, melihat pemandangan langit senja, begitu indah. Tenang dan damai. Tapi tidak dengan perasaanku. Setiap saat aku memikirkan apa yang akan terjadi besok, apa aku tidak akan bertemu dia lagi?
toktoktok… ketukan pintu, membuat buyar pikiranku. aku berharap semoga itu Yoseob, tapi apa mungkin.
“siapa?”
“Yoseob”
aku membuka pintu dengan segera. “seobi-ah!” tak banyak berfikir aku langsung memeluknya, “aduh, kau kenapa? aku jadi malu tahu” katanya dengan cara bicaranya yang tak santai. Dan aku menangis, yoseob menyadari itu. dia mengelus rambutku.
“aku takut kau akan meninggalkanku” kataku masih berada dalam pelukannya, “meninggalkanmu? untuk apa? cup cup cup” dia mengangkat wajahku dan mengusap air mataku dengan wajah sok mengasihani, aku tertawa. “aku melihatmu di caffe bersama perempuan itu” aku sedikit mendorong yoseob dan menuntut jawaban.
“jadi karena itu kau menangis?”
“tidak hanya itu, ketika aku bersama Doojoon, kau melihatku dan langsung meninggalkanku, kukira kau marah aku dekat2 dengan Doojoon”
Dia tertawa. Huh, menyebalkan. aku memukul punggungnya dan berkata, “aku serius!!” dan dia tetap tertawa, “ah ya sudah” aku menuju kamar dan meninggalkan dia, dan kemudian dia menarik lenganku, “ahaha, pft, maaf maaf. habisnya mana mungkin aku cemburu dengan Doojoon yang jelas2 teman dekatku sendiri, aku percaya dia pasti tidak akan begitu”
“trus, bagaimana dengan perempuan itu? HAH??” aku mendekatkan wajahku padanya, ingin membuatnya takut.
Tapi dia malah diam,
dan mengelus pipiku.
dan tersenyum.
oh tidak, tanpa kusadari wajahku sangat dekat dengannya. Dasar yoseob, ini lah yang membuatnya menjadi artis populer, aktingnya sangat bagus.
“ah apa2an sih” kataku menjauhkan wajah, dia tertawa. Dasar autis. Membuat detakan jantungku hilang dari tempat asalnya dan menjalar keseluruh tubuh. “maaf, maaf. ahaha, ekspresimu bagus juga” katanya dan tetap tertawa, “bagus apanya??”
“ampuni aku putri, lagi pula aku menjauhkan diri ketika ada Doojoon, karena aku hanya ingin berdua denganmu. dan kalau soal perempuan itu, dia bilang dia ingin berbicara sesuatu yg penting, jd kuladeni” dia tersenyum lebar, aku menamparnya lembut, “mukamu itu loh, biasa saja” kami tertawa.
**
Pagi ini sangat cerah, wajahku juga. karena tadi malam itu menyenangkan. Aku dan Yoseob bermain semalaman, memang tidak ada romantis2nya, tapi aku suka.
Sekolah. Tapi entah mengapa aku senang, tidak sesenang biasanya. Ketika sudah berada di depan gerbang, aku menghembuskan nafas terlebih dahulu, dan perempuan idiot itu datang.
“hai Hyunji!!” ucapnya sok ramah, “bagaimana kemarin, cemburu ya melihatku bersama Yoseob!” dia tertawa, dasar nenek lampir. “haha, aku memang cemburu, tapi kau pasti lebih cemburu” kataku melawan, “hah?? apa maksudmu, perempuan aneh??” tertawa lagi, rasanya aku ingin menarik bibirnya, “terserah kau lah” akhirnya aku meninggalkannya dengan senyum yang masih merekah di wajah.
“Hyunji!” yoseob memanggil, ah senangnya, “ne?” aku menoleh ke arahnya, “ceria sekali, apa karena semalam ya??” ujarnya dengan alis naik turun, “ahaha, mungkin” kataku, wajahnya langsung sok malu padaku, dasar Yoseob.
hmm, aku tersenyum lebar, rasanya benar2 menyenangkan.. hari ini tidak banyak yang menyiksaku, paling hanya hinaan yang tidak bermakna dan coretan tambahan di loker.
Sore tiba, aku sudah berada di rumah, aah aku masih senang…
telpon genggamku berdering, “yeoboseo??” kataku semangat ketika melihat tulisan seobi di layar telponku.
“hyunji-ah???”
suara perempuan, apa mungkin adiknya? setauku dia tinggal bersama Doojoon di sebuah apartemen. “nuguseyo?” kataku dengan hati2, “aku, perempuan yang biasa kau sebut yeoja busuk” katanya, apa?? tapi kenapa nadanya tidak sebusuk biasanya?? “wae? kenapa kau bisa menggunakan handphone milik yoseob??” aku sedikit menaikkan nada bicaraku.
“sebelumnya aku minta maaf”
nada bicaranya sangat lembut, sangat jauh berbeda dari sebelumnya.
“wae??”
“seobi kecelakaan” aku tercengang, dan dia melanjutkan perkataannya, “karena aku” kini sedikit terdengar suara tangisan di seberang telpon. “BO??” aku langsung menanyakan dimana sekarang seobi berada, dan dia menjawab di sebuah rumah sakit yang tidak jauh dari sekolah. Tanpa berpikir panjang aku menuju rumah sakit itu.
Aku berlari, kamar 23, 24, 25, 26, 27, dan akhirnya berada di kamar 28 tempat Yoseob dirawat. Aku mendorong pintu yang tidak tertutup rapat secara perlahan.
.Tidak ada.
Tidak ada yoseob diruangan ini, apa aku salah kamar? tapi ketika aku bertanya untuk kedua kalinya, memang benar seharusnya Yoseob di rawat di kamar tadi. Tanganku mulai gemetar. Aku khawatir dia sudah… ah tidak mungkin.
Sekali lagi aku mengecek kamar nomer 28, mungkin tadi aku masuk ke kamar 27 atau 29.
Ada.
“Seobi!!” ucapku lemah dan jatuh terhenyak ke lantai, badanku lemas semua. “kau kenapa? kenapa terlihat lelah sekali?” katanya dengan tangan dibalut perban putih, “tadi, kukira kau tidak ada dikamar ini, ah, bikin aku khawatir saja” aku berdiri dan mendekati Yoseob. Dia tertawa, “tadi aku di dalam toilet” dia menunjuk sebuah pintu disebelahnya.
Yoseob kembali ketempat tidurnya dengan satu kaki, kaki kirinya telah diselimuti perban, sama seperti tangan kirinya.
“Hyunji-ah, gomawo” katanya tiba2 lembut, “waeyo?” aku duduk di kursi sebelah kasur tempat yeoseob duduk setengah berbaring. “kau sudah datang kemari” katanya menunduk, senyumku di bibirku dengan begitu saja muncul, “bukankah aku yeojachingumu?” kata2 itu membuat yoseob menoleh, tanpa senyum sedikitpun, “tapi aku ‘kan sudah banyak membuatmu khawatir, terlebih lagi dengan hinaan dan siksaan yeoja2 tak tau diri itu” aku terkejut, dia tahu,
“bagaimana kau bisa tahu?”
“aku tahu dari Yuna”
“Yuna? siapa?” aku menuntut jawaban, dan tetap dengan wajah datarnya, da menjawab, “perempuan yang bersamaku di restoran” katanya lemas, “oh.. Yeoja busuk” aku kelepasan, “apa?” yoseob sedikit terkejut, “ah, ani..”
“oh ya hyunji, mianhe, sepertinya minggu depan aku akan pergi”
“pergi kemana?”
“jepang”
aku sedikit terkejut, “tapi kenapa tidak bilang dari dulu?” aku memegang lengan yoseob sedikit kencang, “mian, tapi aku sendiri baru tahu tadi pagi” aku terpaku, rasanya baru kemarin kami bersenang2.
***
Sudah 2 bulan aku tak bertemu Yoseob, banyak ruang rindu yang tidak terisi selama 2 bulan ini, rasanya begitu sepi. Selama itu juga, tidak ada hinaan satu katapun di sekolah. Benar2 sepi, memang tak jarang dia menghubungiku, tapi tetap saja, suaranya jadi begitu asig bagiku.
Sekarang aku punya teman, Park Jaeri dan Lee sunmin, dan mereka senasib denganku. namjachingu Jaeri adalah Dongwoon, sedangkan Sunmin adalah KiKwang, sang idola teman dari Yoseob, tidak lupa dengan Doojoon, mereka akan sibuk di jepang. Kami selalu menunggu kedatangan mereka, tapi kami yakin mereka akan lama disana, dan pada suatu saat kami berencana akan menyusul mereka ke jepang. Tapi salah satu dari kami pasti ada saja yang bermasalah, entah itu orang tua tidak membolehkan, biayanya belum cukup, belum menguasai bahasanya, dan lagi kita akan tinggal dan bersekolah dimana?
**
kini sudah 10 bulan berlalu, semakin jarang Yoseob menghubungiku. Aku takut dia akan berpaling, ditambah lagi semakin banyak penggemarnya. Aku khawatir akan terjadi apa2.. sangat khawatir.
Suatu hari, seorang namja datang padaku, dan menyatakan perasaannya, namanya Jinki. Sejak Yoseob tidak ada banyak yang datang padaku, tapi setiap namja yang mendatangiku kutolak mentah2, karena mereka aku jadi selalu teringat Yoseob, semakin lama aku semakin teringat dan semakin terasa sakit.
**
Sudah 1 tahun, kini aku dan temanku telah menyelesaikan sekolah kami. Dan selama itu kami belajar bahasa jepang. Kami masih bertekat untuk menemui mereka.
Dan 10 bulan kemudian kami benar2 bertekad dan akan melakukan perjalanan bertiga. Keluarga kami semua telah menyetujuinya sejak kami selesai bersekolah.
Kini kami sudah berada di Jepang, jantungku semakin lama semakin berdegup lebih kencang dari sebelumnya. yah.. semoga saja bisa bertemu dengannya.
“Hyunji-ah!! waeyo? tunggu apa lagi?” Sunmin menepuk bahuku ketika tahu aku menghentikan langkahku. “aku takut, dia tidk mengenaliku” aku mulai gemetar, “ani.. tidak akan” jaeri menghibur. Aku menguatkan hati, tenang Hyunji, kau masih punya teman yang bisa menemanimu.
Kami mencari tempat dimana mereka tinggal, dimana mereka akan konser, dan lain2. tapi ketika kami tahu tempatnya, itu sulit kami jangkau, kami dianggap penggemar mereka. Sulit untuk bertemu, ketika kami menghubungi mereka, tidak satu pun dari kami dijawab oleh mereka.
Aku lelah, Yoseob. Aku ingin kembali meilhat keceriaan dan senyuman yang tak santai darimu. Apa aku harus merelakanmu pergi? nampaknya itu terlalu sulit, meskipun telah 1 tahun kau tak ada, tapi bayang2mu selalu menjadi penyakit di otakku. Seobi, aku selalu berharap bukan aku yang datang padamu, tapi sebaliknya kau yang datang padaku.
“Di angkat!!” seru Jaeri, dia menghubungi Dongwoon, aku dan Sunmin langsung menghampirinya dan ikut mendengarkannya,
“hallo?”
“Yoboseyo?? Wooni~ ini jaeri! aku sangat rindu denganmu!”
“oh ya, maaf jaeri, aku tidak bisa kembali sekarang, aku masih sibuk”
“ah tidak, aku sekarang berada di jepang ingin menyusulmu, aku bersama teman2ku, mereka juga ingin menyusul namjachingunya, Yoseob dan Kikwang!”
“apa??? ah baik, kapan kita akan bertemu??”
“Kapan kalian ada waktu?? kami kapan saja bisa”
“mungkin besok kami ada waktu luang, sekitar jam 7 malam”
“oke, kami tunggu ya!!”
“baik, terima kasih sudah datang kesini demi aku, juga terimakasih untuk teman2mu ya! jaeri-ah, saranghaeyo!”
“Nado sarangheayo..”
ketikia itu jaeri menangis karena rindu. ah, andaikan aku yang ditelepon, aku juga akan menangis seperti dia.
**
Sudah jam tujuh, kami bertemu di sebuah restoran milik mereka. Itu akan menjaga rahasia kami.
“Yoseob!!”
“Hyunji-ah~” jawabnya sok manja, rindunya..
Melihat wajahnya benar2 membuatku puas. “Hyunie.. gomawo~ sudah mau datang kesini, kau pasti benar2 rindu padaku!” katanya dengan senyum sumringah, “iya” tanpa basa-basi. Yoseob sedikit terpaku, lalu tersenyum lembut,
“sarangahaeyo”
Dia memelukku. betapa senangnya dia masih memikirkanku, masih rindu padaku, tidak sia-sia pengorbananku. Dan sekarang, aku merasakan dirinya berada dipelukanku, menghelus rambutku, aku menangis saat itu juga. Akhirnya aku bisa menyentuhnya bukan mendengar suaranya. “mianhae hyunji.. kau benar2 menungguku selama ini” kata2nya membuatku tersenyum, “tdk apa2, asalkan kau masih ingat aku. Selama 1 tahun ini, kau sedikit berubah” aku melepas pelukannya. “apa yang berubah?” dia menaikkan satu alisnya,”kau semakin lama semakin lebih cantik dariku” aku menggembungkan pipi, dia tertawa,
“ah, tidak juga, kurasa kau sudah cukup cantik untukku”
Apa pipiku merah?? mungkin iya, selama ini sepertinya dia lebih banyak berubah memuji diriku ketimbang memuji diri sendiri, aku senang, “cukup?? artinya masih ada yeoja yang diatas cukup dariku??” aku mendekatkan wajahku.
Dia memegang kedua pipiku. “tidak, sungguh hanya kau”
Aigo… sejak kapan dia mulai jarang membuat lelucon atau semacamnya?? Dia jadi lebih kelihatan dewasa didepanku. Aku benar2 bisa memandang wajahnya, matanya yang indah membuatku terpanah melihatnya. Tapi aku juga tak sadar dia memandangku, penuh arti.
“ah sudah” aku melepaskan tangannya, dan kami malu satu sama lain. Tapi aku bisa melihat senyuman yang terekat di wajahnya, aku pun begitu.
Hmm, sepertinya sudah 2 bulan kami di sini, di jepang. Dan besok kami sudah disuruh pulang, sedangkan Yoseob dan lainnya baru akan balik sebulan lagi. Karena itu, Yoseob, dongwoon, dan kikwang mengajak ke taman bermain untuk hari terakhir kami di sini.
“Hyunie~” seru Yoseob menghampiriku yang tengah duduk di kursi taman, “mau?” dia menyodorkan gulali ke arahku, “gomawo” aku mengambilnya dan tersenyum,
“kau sedang apa disini? apa seru hanya duduk saja?” Yoseob duduk di sebelahku. “ani.. tidak juga, tapi aku bingung naik wahana apa” kataku menundukkan kepala, “mm.. oke, gimana kalau kita naik bianglala seperti dongwoon dan jaeri??” aku sedikit terkejut “bo? jaeri naik bianglala?? dia kan takut ketinggian!” aku menghadap wajah imut Yoseob, “jjincha?” Yoseob ikut terkejut, “ah tenang, ada dongwoon, dia bisa menjaganya” tambahnya.
“ayo kita naik bianglala”
***
“kudengar kau ke jepang untuk bertemu yoseob, iya kan??” dia menarik liang bajuku, “iya memangnya ada apa, yeoja busuk??” kali ini yang kusebut yeoja busuk bukan Yuna, seseorang bernama Taeyon, “haah? yeoja busuk??” dia tertawa, dasar gila “bukannya kau yang busuk??” bayangkan, mulutnya tersenyum pahit dengan sedikit tertawa, memainkan mata bukan ke arahku, “kalau kau masih dekat2 Yoseob, akan ku bunuh kau!” tambahnya mengancam, dan dia melepaskan cengkramannya, pergi sambil melambaikan tangan dengan senyum pahit yang masih menempel di wajahnya.
Kemana yuna? sepertinya sejak kecelakaan yoseob satu tahun lalu, dia sudah tidak terlihat menghinaku lagi, tapi bagus lah. Walaupun sekarang dia tidak ada, tapi masih ada taeyon yang menjengkelkan dan lebih mengerikan dari yuna. Hoah, cape juga.
Aku tidak sabar menunggu Yoseob kembali ke sini 1 bulan lagi. Aku membayangkan wajahnya ketika aku masih di jepang, dia jadi lebih berbeda, lebih tampan. Rasanya ingin ke jepang lagi menemuinya, tapi biayanya sudah tidak ada, huh, menyebalkan, andaikan aku punya kantong doraemon, hahaha lawakan yang aneh.
Telepon genggamku berbunyi, “yoboseyo?”
“hai hyunji~” yang yoseob
“seobie.. balik kesininya lebih cepat doong” pintaku manja
“ne? oh, oke”
“hmm?? segampang itukan?”
“ya, lagi pula sebulan ini hanya berlibur di sini saja kok, maksudku di jepang”
“benarkah? kenapa kau tidak pulang bareng aku saja waktu itu???”
“hahaha, aku masih mau berlibur sebentar”
“ooh, jadi tidak mau secepatnya bertemu aku lagi ya???”
“ahaha, ani.. jangan salah sangka dulu jagyaaa”
“ne.. ya sudah, kutunggu ya.. saranghaeyo, seobie”
“nado”
Ah, senangnya.. oke, sebelum dia kembali, aku akan membuat perubahan. Mm, diet? akhir2 ini aku makan banyak dan tak terasa badanku semakin berat saja, ayo hyunji kamu harus diet!!!!! oke…aku malas.. ah, dia tidak akan memperdulikan penampilanku kok.
“hyunji-ah!!” seru seseorang di belakang, suara Sunmin
“ne?” jawabku singkat, “besok lusa mereka akan pulang!”
“BO?? YANG BENAR???”
“ne!! aku juga kaget mendengarnya, tadi aku dapat telepon dari Gikwang!”
Dan kami berteriak sambil berputar2 layaknya anak autis. Ku rasa ini benar2 kebertuntungan.. apa keberuntungan ini akan terus berlanjut ya?
***
“apa yang kau lakukan, HUH!!!” bentak yoseob,
“a.. a.. aku tidak tahu” jawabnya ngeri, “tadinya aku hanya ingin menyerempetnya saja, tapi malah..” tambahnya.
“kau keterlaluan, Taeyon!!” makian tersembur ke arah yeoja busuk itu. Memang aku merasa sakit, tapi aku senang, setidaknya yoseob mengkhawatirkanku.
“maaf, tapi kau tidak perlu marah yoseob, kan masih ada aku!” katanya masih berharap..
“kau sudah membuatnya celaka, sekarang bisa2nya kau berkata seperti itu, dasar YEOJA GILA!!!!”
Sabar lah yoseob, aku akan tetap berada di sisimu.
Kau tahu? sekarang aku terbaring di kasur, tak bergerak bagaikan patung. Kecelakaan ini berawal ketika aku dan Yoseob berjalan pulang dari bandara. Kau tahu apa kata dokter? aku mengalami pendarahan di otak, dan kini aku tidak tahu nasibku.
“maaf, tuan yoseob”
“ada apa, dok?”
“nona hyunji mengalami pendarahan yang sangat luar biasa banyak, maaf sekali lagi, tuan” dokter itu membenarkan kaca matanya. “nyawanya tidak bisa tertolong lagi”.
Yoseob menangis sejadinya, mungkin ini memang berat baginya, dan berat bagiku juga, meskipun aku sudah mati, tapi aku masih bisa merasakan dia ada didekatku.
“sekarang, kau balas dendam, hyunji?? sebelumnya aku yang meninggalkanmu, sekarang giliranmu ya?” benaknya dalam hati
***
“Yang Yoseob!” doojoon menepuk bahunya, “ne” jawab yoseob lemas, “besok kita akan pergi ke indonesia, apa kau kurang sehat?”
“ah.. tidak juga”
“oh, yasudah, kau siap2 saja sana!” suruh sang leader kembali menepuk punggungnya, tidak seperti biasanya dia lesu seperti ini.
“Hyunji, andai kau masih disini, kau akan kuajak, tidak akan meninggalkanmu lagi. Tapi lihat, lihat sekarang, apa yang aku perbuat?? hingga kau meninggalkanku, untuk selamanya”
Keesokan hari tiba, kesibukan mereka tiba, tapi tak ada semangat sedikitpun yang terlihat di wajah yoseob, dia terlalu terpukul dengan kematianku, kalau aku bisa berbicara denganmu, aku akan berkata ‘yoseob!! semangat!!’ atau semacamnya.
Mereka telah tiba di indonesia, mengadakan pertemuan pers, konser, dan aku tidak bisa melihatnya di TV.
Ketika mereka duduk di tempat masing2, dan menerima beberapa album dan poster mereka yang harus mereka tanda tangani, Yoseob masih telihat lesu. Seorang fans dengan jaket ungu mendatanginya, yoseob hanya menandatangani album ‘SHOK’ dan sebuah post card milik sang fans tanpa melihat pemilik itu.
Yoseob mengembalikan album dan post card itu sembari melihat sang fans, dia, dengan jaket ungu bertuliskan ‘destination’.. dia, mirip denganku..
“boleh ku tahu siapa namamu?”
“syifa”
***
“kita beri nama siapa?” ujar yoseob bertanya pada istrinya, “hmm, aku tidak tahu”
“bagai mana kalau hyunji?”
“ide yang bagus!!”
“oke, hyunji.. ini ayahmu, Yoseob oppa” istri yoseob menunjuk ke arah yoseob dengan tangan bayi yang ada di pelukannya.
“kalau yang sedang memelukmu itu ibumu, syifa umma!!”
“bagai mana kalau ummi syifa??”
Dan mereka tertawa bersama…
_END_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar