Mungkin karena satu guru
Mungkin karena satu regu
Semua terasa jenuh
Bukan karena perawakan
Bukan pula kepandaian
Tapi ribuan kata-katamu yang penuh keluhan
Keluhan atas dasar kemalasan
Lupakan saja puisi kala itu
Sudah bagaikan sampah benalu
Bukan betapa jahatnya perempuan itu
Sang putri butuh diammu
Pada akhirnya sang putri yang harus bungkam
Mengubur rasa empatinya seolah kejam
Demi mendewasakanmu dalam diam
Ibarat mendinginkan api kecil agar padam
"Kenapa saya seperti ini?"
Sudah beribu-ribu kalimat itu kau lempar
Mengkoyak telinga hingga putri gentar
Masalahmu kau masukkan paksa dalam tubuhnya
Seolah dia tak punya banyak masalah.
Muak sudah perempuan itu
Tak lagi lucu kelakarmu
Tak lagi lugu pertanyaamu
Responnya hanya malu
Malu dengan tingkahmu
Cukup sudah
Sudah cukup
Mungkin karena satu regu
Semua terasa jenuh
Bukan karena perawakan
Bukan pula kepandaian
Tapi ribuan kata-katamu yang penuh keluhan
Keluhan atas dasar kemalasan
Lupakan saja puisi kala itu
Sudah bagaikan sampah benalu
Bukan betapa jahatnya perempuan itu
Sang putri butuh diammu
Pada akhirnya sang putri yang harus bungkam
Mengubur rasa empatinya seolah kejam
Demi mendewasakanmu dalam diam
Ibarat mendinginkan api kecil agar padam
"Kenapa saya seperti ini?"
Sudah beribu-ribu kalimat itu kau lempar
Mengkoyak telinga hingga putri gentar
Masalahmu kau masukkan paksa dalam tubuhnya
Seolah dia tak punya banyak masalah.
Muak sudah perempuan itu
Tak lagi lucu kelakarmu
Tak lagi lugu pertanyaamu
Responnya hanya malu
Malu dengan tingkahmu
Cukup sudah
Sudah cukup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar