Kau berdiri di tengah rintihan awan yang menangis begitu dalam
Kau jatuhkan air matamu yang tidak tampak di tengah hujan
Kau nyatakan harta terpendam di hatimu padaku
Kau pompa jantungku hingga berdentum begitu cepat
Tapi hanya berdentum
Tapi hanya terdengar
Tanpa memadamkan titik api yang menyala di dadaku
Tanpa ada rasa penyesalan yang terbawa olehku
Kau mencoba padamkan titik api itu dengan air mata itu
Kau gagal
Kau sia-sia
Kau tetap akan terbakar titik api itu di benakku
Kau yang berulah pertama kali
Kau yang harus membayarnya pertama kali
Teruslah menangis
Dengan itu tidak akan ada pengaruhnya
Semakin kau menangis, titik api itu akan semakin abadi
Abadi hingga kau benar-benar hilang dari indahnya kehidupan
Kau jatuhkan air matamu yang tidak tampak di tengah hujan
Kau nyatakan harta terpendam di hatimu padaku
Kau pompa jantungku hingga berdentum begitu cepat
Tapi hanya berdentum
Tapi hanya terdengar
Tanpa memadamkan titik api yang menyala di dadaku
Tanpa ada rasa penyesalan yang terbawa olehku
Kau mencoba padamkan titik api itu dengan air mata itu
Kau gagal
Kau sia-sia
Kau tetap akan terbakar titik api itu di benakku
Kau yang berulah pertama kali
Kau yang harus membayarnya pertama kali
Teruslah menangis
Dengan itu tidak akan ada pengaruhnya
Semakin kau menangis, titik api itu akan semakin abadi
Abadi hingga kau benar-benar hilang dari indahnya kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar