aku bermimpi sangat indah -..-
ini dia mimpinya =>
Pagi yang cerah, dengan wajah pasrah, aku dan kakak laki-lakiku berangkat sekolah dengan berkendara motor seperti biasa. Hari ini adalah hari perbaikan nilai. Aku menaiki satu-persatu anak tanggah dengan gontai, dan tetap bersama kakakku. Sampai di lantai dua, tiga orang pria sebaya dengan kakakku menyapa kami, "hey, jadi main bola?--ah, anak kelas satu di sana" ujar salah satu dari mereka menghadap ke arah kakakku dan aku secara bergantian. Aku yang mengerti langsung menuju ruangan yang ditunjuk orang itu.
Aku memasuki ruangan dengan posisi pintu terbuka, aku mengamati orang-orang didalamnya, banyak teman-teman sekelasku, dan ada;WaT Eiji Wentz, disini ceritanya dia teman masa kecilku (waaaaah*mupeng*),
WaT Teppei Koike (kanan), dia temennya eiji,
TVXQ Xiah Junsu, dia hanya lewat-lewat saja,
BoA, dia juga cuma lewat2 saja,
Dalmatian, mereka juga cuma temen2 yang tidak aku kenal,
dan lain-lain yang kurasa mereka juga sekolah disini dan sebaya denganku (?)
Aku duduk kedua dekat jendela sebelah kiri, dan aku melihat orang yang duduk di sebelahku, didepanku, dan di belakangku wajahnya tidak ada yang kukenal. Saat itu semua murid sudah dibagikan soal perbaikannya (saya tidak tahu ini sedang perbaikan atau ulangan, semua murid mengerjakan -__-). Suasana saat itu sangat ramai, dan sepertinya banyak diantara mereka yang mondar-mandir mencara contekan. Saat itu aku tidak mengerti yang no. 8, lekas aku bertanya pada teman wanita yang ada dibelakangku, "aku tidak mengerti yang no.8, bisakah kau berikan jawabanmu padaku?" ujarku langsung meminta jawabannya tanpa meminta dijelaskan. "itu jawabannya b" jawabnya sedikit judes. Setelah kejadian itu, aku dan wanita itu menjadi dekat, sangat dekat. Kalau dibayangkan, kami seperti seorang lesbian (tapi tidak separah itu).
Setelah beberapa menit, beberapa murid mengumpulkan jawabannya. dan ketika aku ingin mengumpulkan, di sana Eiji pun telah selesai dan hendak menaruh jawabannya di meja guru. Aku tersenyum padanya, dia pun begitu, "kau sudah selesai? kukira butuh sehari buat mu mengerjakannya" ejeknya sembari tertawa, "hey, monyet, sialan kau!" (entah kenapa saat itu saya ngejek orang ganteng dengan sebutan 'monyet -,-). "hahaha, bercanda" ujarnya.
Saat itu aku sedang bermain dengan teman dekatku (wanita yg duduk dibelakangku dikelas), dia meingkari tangannya di lenganku, dan kami bercanda ria dengan teman-teman yang lain. Beberapa saat kemudian, Eiji datang dengan wajah sumringah, "Yo! aku dapet nilai bagus looh" dia menepuk pundakku, "wah, bagus dong" ujarku senyum kemudian mengabaikannya, wajah tampan Eiji langsung berubah kesal mendengar jawabanku yang tidak seperti biasanya; mengejeknya dan tidak mau kalah. "kamu dapet nilai berapa, nyet?" Eiji bersikukuh, tapi aku malah tidak mendengarnya.
Keesokan harinya, ada sebuah pertemuan para siswa, entah pertemuan apa namanya. Semua murid saat itu duduk di bawah beralaskan karpet hijau tua. Aku dan teman dekatku (wanita yg duduk dibelakangku kemarin) duduk dibarisan depan bagian pojok (terserah kalian saja mau membayangkannya seperti apa). Kami duduk dengan, bisa dibilang 'mesra', karena aku memeluknya dari belakang dan sempat mencium pipinya gemas ketika dia sedang berulah (saya sendiri geli), tapi saat itu rasanya wajar2 saja untuk seorang sahabat. Tapi aku baru menyadari bahwa kedekatan kami terlalu berlebihan (mungkin karena saat itu baju saya seperti laki-laki; baju kaos hitam dengan setelan kemeja kotak-kotak dan celana jins) ketika melihat eiji menatapku sinis dan kemudian membuang muka dari kejauhan. Aku sempat bingung, dan mencoba bertanya pada Eiji, tapi Eiji menghilang dari pandanganku. "hey, sepertinya kita harus mencari Eiji, dia salah paham" ujarku, dan teman dekatku mengangguk seolah dia mengerti apa yang aku maksud.
Kami mondar-mandir di ruangan itu tanpa memperhatikan guru didepan ruangan itu. "ketemu!" ujarku, tapi wajahnya tidak seperti Eiji. untuk menyadarkannya bahwa kami memperhatikannya, kami mengikuti gayanya. Dia sedang menggaruk pipi, kami ikuti. dia sedang menyandarkan kepalanya di tangan, kami ikuti. Hingga pada akhirnya dia menyadarinya, "apa sih?" ujarnya kesal.. dan aku baru menyadari bahwa itu bukanlah Eiji, melainkan :
(saya kurang jelas, antara orang yg paling bawah, sama yang dikanan bawah, rada nyampur2 mukanya)
kami pun kembali 'mondar-mandir', namun acara sudah selesai. sempat aku melihatnya, dia juga melihatku, tapi dia langsung pergi. Entah kenapa hatiku sedih (haha)
Dan tiba-tiba (namanya juga mimpi) sudah subuh, aku pun sholat subuh (hebat). Dan ternyata beberapa murid pagi ini akan pergi ke luar negri untuk pergantian siswa (mereka adalah artis2 yang saya sebutkan diatas diatas, termasuk eiji), ada beberapa murid juga yang sudah pergi tadi malam. Dan aku lupa untuk minta maaf pada Eiji skaligus memberi ucapan selamat tinggal, saat itu hatiku sangat kacau ( haha XD ). Aku berlalu pagi itu juga menuju ruangan milik Eiji dan Teppei (seperti sebuah sekolah asrama). Karena aku berada di kawasan wanita, aku tidak tahui dimana ruangan teman masa kecilku itu. Aku mencari di kamar-kamar yang dikhususkan untuk orang-orang pintar (artis2). beberapa ruangan yang telah kubuka kososng, sepertinya mereka sudah pergi kemarin malam. Ada salah satu kamar, kamar itu dihuni Junsu, dan dia masih tertidur lelap bagaikan bayi.
Sampai akhirnya di kamar Dalmentian, dan aku kembali bertemu dengan orang yang kukira Eiji itu dipertemuan siswa, "ah, kau lagi, mau apa datang subuh-subuh begini?" gumamnya tanpa dendam ketika melihat wajahku yang sedikit murung, "kau tahu dimana kamar WaT?" ujarku menghela napas berkali-kali, "WaT? di sebelah kamar kami" tanpa mengucapkan terimakasih aku langsung berlari menuju kamar sebelah.
Aku membuka pintu itu cepat-cepat. Gelap. ruangan itu kosong, di sisi kanan ruangan terdapan ruangan tak berpintu, dan disanalah Eiji keluar dengan tatapan yang masih sinis.
"mau apa kau datang ke sini?"
"a.. aku mau minta maaf, soal kemarin"
"tidak ada yang perlu dimaafkan"
"tapi aku sudah keterlaluan bukan?"
"tidak, aku memang monyet yang tidak perlu mendapatkan perhatian darimu"
aku terdiam
"sudahlah, kau kembali saja ke kamarmu" dia berbalik arah menuju ruangan lainnya dikamar itu.
dengan tiba2 aku memeluknya dari belakang seperti yang kulakukan ke teman dekatku.
"maaf, aku tidak bermaksud, maafkan aku, kau temanku saat kecil, kau temanku hingga sekarang, dan ada perasaan lain melebihi teman di dalam diriku terhadapmu. kau akan pergi bukan, biarkan aku mengucapkan selamat tinggal... ah tidak, sampai berjumpa kembali"
kemudian dia melepas pelukkanku, dia menghadapku, wajahnya kini tidak sinis, kini seperti sedih.
"ya, aku maafkan.. aku juga punya perasaan yang sama, dan kukira kau tidak seperti itu"
beberapa saat sangat sepi suasananya, hingga akhirnya Eiji tertawa.
"lagi pula, aku tidak ikut pergantian siswa, aku menolaknya... malas" dia tertawa lagi, dan aku ikut tertawa..
kemudian, saya terbangun -____-
senangnya -..- rasanya pengen mimpi lagiii~
Rabu, 22 Desember 2010
Rabu, 15 Desember 2010
Menyadari
ku kira dia menghilang
dan tidak peduli dengan apa yang kurasakan
tapi suatu pertanda datang
dan itu menyegarkan bagiku
serbuk-serbuk ajaib peri terasa berhembus
mengubahku dari bungkam
menjadi cahaya penuh harapan
harapan jelas ada
kenyataan belum tentu bisa
malam yang terasa peka
getaran primitif kembali terasa
keinginan serius tak nyata
tapi rasa ini sunggu menyenangkan
aku jatuh seperti tiap2 daun-daun gugur
jika akan terulang kembali
harus siap melebihi sejarah
sadar bahwa lubuk telah lelah
percaya bahwa semuanya tidaklah ajaib
dan tidak peduli dengan apa yang kurasakan
tapi suatu pertanda datang
dan itu menyegarkan bagiku
serbuk-serbuk ajaib peri terasa berhembus
mengubahku dari bungkam
menjadi cahaya penuh harapan
harapan jelas ada
kenyataan belum tentu bisa
malam yang terasa peka
getaran primitif kembali terasa
keinginan serius tak nyata
tapi rasa ini sunggu menyenangkan
aku jatuh seperti tiap2 daun-daun gugur
jika akan terulang kembali
harus siap melebihi sejarah
sadar bahwa lubuk telah lelah
percaya bahwa semuanya tidaklah ajaib
Kamis, 02 Desember 2010
Kembali
Gemerlap malam tiada bintang
Bagai perumpamaan perasaan
Kala hati di dalam keterpurukan
Tanpa setitik cahaya terang
Sapamu begitu indah terasa
Bagai burung bersenandung ria
Tuturmu halus dan bijaksana
Kelakar dan tawa bertaut jua
Aku merindukan semuanya yang lalu
Hati ini terbangun kala itu
Bagai suatu penyakit baru
Menggetarkan selalu
Apa ada waktu yang dapat terulang kembali?
Bagai perumpamaan perasaan
Kala hati di dalam keterpurukan
Tanpa setitik cahaya terang
Sapamu begitu indah terasa
Bagai burung bersenandung ria
Tuturmu halus dan bijaksana
Kelakar dan tawa bertaut jua
Aku merindukan semuanya yang lalu
Hati ini terbangun kala itu
Bagai suatu penyakit baru
Menggetarkan selalu
Apa ada waktu yang dapat terulang kembali?
Langganan:
Postingan (Atom)